Renungan Pagi Lukas 13:1-9. Renungan pagi ini diambil dari kitab Lukas 13, namun sebelumnya jangan lupa untuk berdoa dengan hati yang lemah lembut untuk menerima firman Tuhan.
Orang-orang Yahudi di zaman Yesus cenderung menghubungkan penderitaan dengan dosa. “ Orang-orang yang mati dengan cara yang tidak lazim, pastilah orang-orang yang dosanya sangat besar, “ begitu pikir mereka. Kecenderungan seperti ini masih sering kita temukan di zaman ini, bahkan di dalam diri kita sendiri.
Kita sering menceritakan malapetaka yang dialami orang lain dengan menambahi kata-kata, “amit-amit” (semacam doa agar peristiwa serupa tidak menimpa kita). Mungkin, tanpa kita sadari, kita juga sering menggosipkan penderitaan orang lain dengan kesombongan rohani yang tersembunyi (bahwa nasib kita tidak seburuk mereka, karena Tuhan lebih berkenan kepada kita). Cara pandang seperti itulah yang ditegur oleh Yesus. Daripada menjadikan penderitaan orang lain sebagai gosip untuk menyombongkan diri, lebih baik menjadikannya sebagai panggilan untuk bertobat.
Yesus mengingatkan bahwa Tuhan sudah cukup sabar menunggu mereka bertobat. Tuhan mungkin memberikan kesempatan lebih dari satu kali, namun tentu saja akan datang kesempatan yang terakhir. Hal yang sama juga berlaku untuk kita.
Periksalah, apakah Anda cenderung mudah menghakimi kelemahan dan dosa orang lain? Apakah Anda cenderung marah atau berespon negatif ketika orang lain menunjukkan kekurangan Anda? Apakah Anda pernah menggosipkan kelemahan dan dosa Pemimpin, teman seiman, suami/ istri Anda di hadapan orang lain? [GKBJ – renunganhariankristen.com]
Daripada menjadikan penderitaan orang lain sebagai gosip untuk menyombongkan diri, lebih baik menjadikannya sebagai panggilan untuk bertobat.