Renungan Harian Remaja Kejadian 13:1-18. Seorang muda berkata, “Aduh, senang sekali… akhirnya aku masuk finalis. Gak jadi pemenangnya ya gak masalah, yang penting aku sudah masuk finalis!” Benar, dia pun akhirnya hanya sampai sebagai finalis bukan sebagai pemenang. Begitu dia gagal, dia pun menangis sedih. Dia mengatakan bahwa dia sudah maksimal, di mana letak kesalahannya.
Perkataan
Sebenarnya jelas sekali letak kesalahannya, yaitu pada perkataannya sendiri. Perkataan yang keluar dari mulut kita memang nampaknya sepele, namun di balik apa yang kita ucapkan sebenarnya memiliki nilai, baik dari segi hubungan antar manusia maupun dari segi pandangan Allah. Tanpa kita sadari seringkali kita mengeluarkan kata-kata negatif yang melemahkan iman. Padahal kalo kita mau memperkatakan hal-hal yang positif, tentu hasilnya akan positif dan menguatkan iman. Ini menandakan bahwa ucapan yang keluar dari bibir dan lidah kita memiliki arti yang dalam.
Dari buah dikenallah pohonnya, begitulah kata-kata klasik yang sering kita dengar. Dari apa yang kita ucapkan menentukan siapakah sebenarnya kita. Paling tidak, kita yang telah mengikrarkan diri sebagai anak-anak Allah. Ironisnya, kita dengan mereka tidak ada bedanya, kurang lebih hampir sama. Sebagai ormud yang banyak bergaul dengan berbagai kalangan seharusnya kita dapat memilah setiap ucapan yang keluar dari bibir kita. Di katakan dalam Yakobus, bahwa lidah kita seperti api, demikian pula dengan apa yang kita katakan berpengaruh dengan iman dan doa kita. Yesus juga mengatakan hal yang sama dalam Markus 11:24, bila kita percaya apa yang kita naikkan dalam doa bahwa kita telah menerimanya, maka kita akan menerima hal itu.
Rajawali muda, apapun yang kita katakan setiap hari maupun dalam doa kita, memiliki arti dan nilai tersendiri di hadapan Allah. Sebab itu, hendaklah kita senantiasa berpikir sebelum berbicara. Karena ucapan yang telah keluar dari mulut kita akan nampak siapakah sebenarnya diri kita. Jadi, perkatakanlah yang positif! (ANY – Renungan Harian Remaja Kejadian 13:1-18)
