Renungan-Harian-Pengkotbah-1-1-11-Semuanya-Sia-Sia

Renungan Harian Pengkotbah 1: 1-11 | Semuanya Sia-Sia

Renungan Harian Pengkotbah 1: 1-11. Pesan apakah yang Anda dapatkan dari pembacaan perikop ini? Apakah jerih payak kita di bawah matahari akan berhasil? Siapakah yang akan membuat hidup kita berarti?

Semuanya Sia-Sia

Pengkhotbah adalah seorang yang merenungkan secara mendalam arti hidup manusia dari mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di bawah matahari (ay. 14). Ia tiba pada kesimpulan yang mengejutkan. Semuanya sia-sia. Kata yang digunakannya berarti hampa, sesuatu yang tanpa bobot seperti angin. Dengan menyebut kata itu dua kali (ay. 2) ia sungguh menegaskan bahwa hidup ini amat sangant sia-sia. Manusia lahir lalu mati, demikian seterusnya. Hari lepas hari lewat, berbagai peristiwa alam bergulir rutin. Semuanya berulang tanpa makna.

Sia-siakah hidup kita? Segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang mungkin kita bangga-banggakan kita agungkan, dan usahakan serta pertahankan adalah sia-sia. Bukan saja rutinitas peristiwa alam membuatnya menyimpulkan kesia-siaan hidup, semua kerja, kekayaan, hikmat yang boleh manusia alami pun sia-sia saja.

Apa maksud pengkhotbah sebenarnya? Pengkhotbah bukan meremehkan arti penciptaan Allah, akan tetapi ingin menghancurkan semua harapan palsu manusia pada dunia ini atau diri sendiri. Ia ingin menyadarkan kita bahwa segala sesuatu hanya akan berarti bila dalam iman kepada Allah.

Berharap kepada dunia dan diri sendiri adalah sia-sia, tetapi berharap kepada Allah tidalah sia-sia. Ambillah komitmen untuk menggantungkan harapan hanya kepada Allah bukan kepada dunia dan diri sendiri! (Renungan Harian Pengkotbah 1: 1-11 | Semuanya Sia-Sia)

Leave a Reply