Renungan Harian Kejadian 25: 19-34 | Esau dan Yakub. Saya hanya bisa geleng-geleng ketika mendengar berita tentang seseorang yang merebut suami kakaknya sendiri. Atau teman kakak saya yang menjual motor adiknya untuk bayar utang. Keponakan saya yang bekerja di rumah cerita bagaimana ia merawat seorang pria yang dibacok oleh kakaknya sendiri hanya karena berebut pohon durian.
Esau dan Yakub
SAUDARA, kita harus bersyukur bahwa kita masih diberi saudara kandung oleh Tuhan, ada kakak atau adik. Beberapa sepupu saya, teman saya, bahkan anak saya sendiri, menjadi anak semata wayang. Hal itu membuat mereka berbeda dengan orang lain yang memiliki saudara kandung. Sepupu saya jadi pribadi yang egois dulu karena selalu sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Anak saya sering kesepian dan meminta keluar untuk ke sekolah di malam hari. Karena pikirnya, mengapa ia hanya bisa bermain dengan anak-anak seumurannya di pagi hari hingga siang hari saja. Bagaimana dengan kita yang memiiki saudara kandung? Apakah kita akan hidup saling membenci seperti Esau dan Yakub? Penuh dengan rasa iri, penuh dengan amarah dan dendam?
SAUDARA, tidak selamanya kita cocok dengan saudara kandung kita. Ada beberapa anak Tuhan curhat bahwa saudara kandung mereka justru menjadi musuh dalam keluarga karena perbuatan mereka yang mempermalukan, merugikan, dan merusak nama keluarga. Apakah hal itu menjadi alasan bagi kita untuk membenci saudara sendiri? Tuhan selalu punya tujuan ketika Ia memberikan kita saudara kandung, yang jelas bukan untuk menjadi musuh kita. Saudara adalah tempat dimana kita berbagi kasih dan juga belajar untuk dewasa. Salah paham, boleh. Tidak satu visi, bukan masalah. Tetapi jangan pernah membenci dan memiliki niat jahat kepada saudara kita sendiri. (vlo) (Renungan Harian Kejadian 25: 19-34 | Esau dan Yakub)
Baca juga: Renungan Harian Remaja Ibrani 6: 9-20 | Tipisnya Iman