Renungan-Harian-Amsal-12-1-28-Nenek-Moyang-Malas

Renungan Harian Amsal 12: 1-28 | Nenek Moyang Malas

Renungan Harian Amsal 12: 1-28 | Nenek Moyang Malas. Manusia purba Homo Erectus mengalami kepunahan dikarenakan mereka malas, tidak berupaya untuk berkembang maju. Demikian menurut para peneliti dari hasil penggalian arkeologi di Semenanjung Arab. Penggalian arkeologi di Semenanjung Arab telah mendorong dilakukannya satu penelitian tentang bagaimana Homo Erectus, suatu spesies manusia purba, membuat peralatan dan bagaimana mereka memanfaatkan sumber alam. Ternyata, mereka menggunakan “strategi minimal usaha” untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup ini kemudian menjadi masalah besar ketika lingkungan tempat mereka hidup berubah. Dr. Ceri Shipton dari Australia National University mengatakan, bahwa mereka tampaknya tidak mengembangkan diri mereka sendiri. Ia mengatakan, untuk membuat perkakas batu, mereka menggunakan batu apa saja yang dapat mereka temukan tergeletak di sekitar tempat tinggal mereka, yang sebagian besar berkualitas rendah dibandingkan dengan batu yang digunakan oleh manusia di peradaban setelahnya.

Nenek Moyang Malas

Kemalasan adalah jalan tol menuju kematian. Ungkapan ini bisa saja dianggap ekstrim, namun jika dicermati dengan sungguh maka memang begitulah adanya. Kata kematian disini tidak selalu merujuk pada kematian fisik, bisa jadi kematian akan kreatifitas dan produktifitas. Penulis kitab Amsal menuliskan sebuah kalimat bijak bahwa orang yang malas tidak akan pernah menangkap apa yang diimpikan. Bagaimana bisa meraih cita-cita kalau tidak ada sesuatu hal yang berharga dilakukan dengan serius. Sebaliknya, dinyatakan disana bahwa orang yang rajin akan memperoleh apa yang dikejarnya bahkan bisa apa saja yang diperolehnya melebihi apa yang sebelumnya diukurkan. Orang malas akan selalu kehabisan waktu, sebaliknya, mereka yang rajin akan selalu menjadikan seluruh waktunya teramat berharga.

Malas menjadi semacam penyakit yang ditimbulkan dari tindakan-tindakan yang dipandang ringan dan biasa seperti menunda. Menjadi malas atau rajin biasanya dimulai dari rumah. Maka, peran keluarga amat sangat penting dalam membangun tradisi rajin. Biasakan selalu bangun pagi dalam memulai hari yang baru. Biasa untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan tanpa banyak mencari alasan. Buatlah diri menjadi pribadi yang tidak buta akan kebutuhan dan pekerjaan dalam rumah tangga. Biasakan untuk saling peduli dan saling membantu untuk meringankan beban. Kebiasaan baik akan selalu menghasilkan buah yang baik. Nenek moyang pada masa lalu mungkin saja memang malas, tapi anak cucunya sekarang harus arif dan mau belajar untuk berlaku sebaliknya. (Renungan Harian Amsal 12: 1-28 | Nenek Moyang Malas)

Baca juga: Renungan Harian Remaja Amsal 6: 4-11 | Si Semut

Leave a Reply