Renungan Harian 2 Timotius 3: 10-17 | Pelimpahan Kepemimpinan. Jika saya memegang lilin yang sudah sangat pendek, bagaimana caranya menjaga supaya nyala api tetap nyala? Tentu saja dengan menyalakan lilin baru yang masih panjang. Demikian juga dalam kehidupan seorang pemimpin. Sebagai manusia, kita tidak akan hidup abadi. Jika kita menghendaki organisasi atau lembaga yang kita pimpin tetap menyala, maka kita harus meneruskan api kita kepada generasi berikutnya.
Pelimpahan Kepemimpinan
Paulus menyadari hal ini. Dia memilih Timotius sebagai salah seorang penggantinya. Untuk tujuan itu, Paulus mempersiapkan Timotius dengan berbagai kemampuan dan kecakapan.
Cara yang dipakai Paulus adalah dengan membimbingnya setiap hari, dengan cara memberikan teladan. Selama beberapa tahun, Timotius mengikuti kemana pun Paulus pergi. Setiap hari Timotius melihat dan belajar bagaimana Paulus berkhotbah, bagaimana Paulus bersaat teduh dengan Tuhan, dan sebagainya. Dengan setiap hari melihat itu, Timotius pun perlahan-lahan belajar untuk melakukan hal yang serupa.
Ketika Paulus merasa bahwa Timotius sudah siap menjadi pemimpin, maka langkah pertama yang dilakukan oleh Paulus adalah memberikan pengumuman atau memproklamasikan terplihnya Timotius menjadi pemimpin.
Ayat-ayat yang kita baca tadi menjadi semacam pernyataan bahwa Timotius ditetapkan menjadi pemimpin yang akan melanjutkan tugas Paulus. Penyataan secara terbuka ini penting dilakukan karena di dalam lingkungan jemaat sendiri ada orang-orang yang menentang kepemimpinan Paulus. Dan ada kemungkinan nantinya ada juga yang menentang kepemimpinan Timotius [Purnawan] (Renungan Harian 2 Timotius 3: 10-17 | Pelimpahan Kepemimpinan)
Baca juga: Renungan Harian Amsal 15: 31-32 | Pemimpin yang Lemah Lembut