Renungan Harian 1 Timotius 6: 7-10; 17-19 (Antara Fakta dan Cita). Seorang anggota PNS menelantarkan istri dan anak-anaknya setelah kaya karena usahanya maju. Saat mengawali hidup berdua, mereka hidup susah. Karena hidup yang seperti itu, suaminya mencoba berbisnis. Dengan bisnis tersebut, usahanya berkembang dengan pesat. Namun, dengan kemajuan bisnisnya, sikap suaminya berubah. Ia galak, mudah marah, bahkan melakukan kekerasan sehingga istrinya melaporkan ke kepolisian karena KDRT.
Antara Fakta dan Cita
Sebaiknya, sikap kita harus berubah positif. Dengan kata “telah”, Paulus mengungkapkan fakta bahwa karena berburu uang supaya menjadi kaya, beberapa orang telah menyimpang dari iman, menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka, terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Dengan fakta-fakta itu, mereka telah menjauhi Tuhan, tidak menaati firman, dan mengalami penderitaan. Kemudian, dengan kata “Peringatkanlah”, Paulus mengharapkan cita yang harus terwujud. Citanya adalah orang kaya jangan tinggi hati dan jangan mengandalkan kekayaannya. Semua ini sia-sia. Karena itu, lebih baik mengandalkan Allah yang senantiasa memberi kenikmatan, berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi. Dengan demikian, mereka mengumpulkan harta sebagai dasar yang baik untuk mencapai hidup yang sebenarnya pada masa mendatang.
Setelah fakta dan cita diungkapkan, secara filosofis, Paulus mengungkapkan bahwa saat lahir dan mati, tak sesuatu apapun yang dibawa. Secara praktis, ia mengajarkan kesederhanaan hidup dengan ukuran “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”.
Karena itu, hiduplah sederhana, bijak meng- usahakan dan mengelola materi, dan mengejar Tuhan, bukan uang. (ia)