Renungan Harian Roma 9: 1-27; 11: 11-24 (Ketinggalan Berkat). Lebih baik ketinggalan pesawat daripada ketinggal- van berkat. Pernahkah Anda ketinggalan pesawat, kereta atau bus? Panik bukan? Meski ketinggalan, masih ada solusi lain. Berangkat dengan pesawat lain, pada jam keberangkatan yang berbeda atau beralih ke moda transportasi lainnya. Lain halnya dengan yang satu ini. Tidak ada solusinya jika kita ketinggalan. Ketinggalan apa sih? Ketinggalan berkat.
Ketinggalan Berkat
2 tahun lalu, saya ketinggalan berkat gara-gara tak percaya. Pertama, saya tak taat saat diperintahkan membuat paspor. Ada teman yang taat dan ia yang memberitakan Injil ke luar negeri dengan cara yang ajaib. Kedua, saya tak percaya akan diberkati di penghujung tahun karena berbeda penafsiran dengan pendeta. Satu-persatu teman saya bersaksi mereka diberkati luar biasa pada tahun itu. Sementara saya tidak sama sekali.
Pengalaman saya masih lebih baik jika di- bandingkan dengan respons bangsa Israel saat Mesias yang dijanjikan itu datang. Mungkin, Mesias yang mereka harapkan dapat membebaskan mereka dari perbudakan Romawi, tidak datang dalam kondisi hina (anak tukang kayu), tidak merusak tatanan sosial yang saat itu dinikmati golongan Farisi, dsb. Karena sikap itu, kita yang bukan orang Israel justru beruntung. Kita ikut selamat. Sementara orang Yahudi? Ketinggalan berkat!
Akhir-akhir ini, adakah kita telah menerima nubuat atau Janji Tuhan yang luar biasa? Terima saja. Percaya saja. Jangan contoh saya dan orang Yahudi yang menanggapi janji Tuhan dengan pikiran sendiri, supaya kita tidak ketinggalan berkat. Jika kita ragu dan tak percaya, berkat itu akan Tuhan berikan ke orang lain. Rela?! Tuhan menanti respons kita saat ini. (res)