Renungan Harian 2 Tesalonika 3: 1-15 (Menghargai Pekerjaan) Alkisah, di tempat penggergajian kayu, ada 4 tukang gergaji menghadapi kayu-kayu untuk digergaji. Namun karena kayu-kayu tersebut baru saja ditebang dan masih hijau, mereka merespons secara berbeda-beda. Tukang pertama, pergi sembari menunggu kayu itu kering. Tukang kedua, beralasan gergajinya tumpul. Tukang ketiga, beralasan kepalanya pusing sehingga ia akan menggergaji kayu-kayu tersebut setelah istirahat sejenak dan kepalanya lebih baikan. Sedangkan tukang keempat, memilih untuk mengasah gergajinya yang tumpul lalu menghadapi kayu-kayu hijau tersebut meski ia sendiri sedang sakit kepala. Alhasil, ia justru sehat setelah bekerja. Selain itu, ia mendapat kepercayaan lebih dari mandor tempatnya bekerja.
Menghargai Pekerjaan
Seperti cerita di atas, tak sedikit di antara kita memiliki pekerjaan tetapi tidak melaksanakannya secara bertanggung jawab. Malas-malasan, tidak serius mengerjakan pekerjaannya, membuang waktu untuk mengerjakan hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaannya, menunda-nunda pekerjaan sampai terakhir bahkan sangat terlambat. Pola kerja negatif ini juga menjadi pola orang-orang percaya di Tesalonika. Sebab itu dengan kewenangannya sebagai rasul, Paulus menegur mereka dengan menyerang masalah kemalasan yang sedang menguasai jemaat setempat. Dengan mengingatkan mereka akan kerajinannya sendiri, Paulus memerintahkan diberlakukannya disiplin yang tegas, tetapi penuh kasih atas mereka yang malas. Dari perkataan Paulus pada nats menunjukkan bahwa ia sudah beberapa kali mengimbau mereka untuk rajin bekerja.
Bekerja secara tidak bertanggung jawab menunjukkan kita tidak menghargai pekerjaan, yang adalah anugerah Tuhan. Jadi, jika ingin bersyukur lakukanlah dengan bekerja secara bertanggung jawab. (ys)