Renungan Harian Lukas 6: 27-36 (Murah Hati) Suatu ketika ada ibu meminjam uang karena keluarganya meninggal di Surabaya. Sebenarnya saya agak dilemma meminjamkan uang kepada ibu tersebut. Di satu sisi, saya tidak mau meminjamkan uang karena ia sedang bermasalah dengan keuangannya. Di sisi lain, ia sedang dilanda kedukaan dan membutuhkan uang. Pada akhirnya kami meminjamkan ibu tersebut sejumlah uang. Namun beberapa minggu, ibu tersebut diam saja dan tidak memberi kepastian kapan uang saya dikembalikan. Beberapa kali saya tanya, jawabannya, “Nantilah pak.” Karena sudah berminggu-minggu tidak dikembalikan, saya berkata, “Bu, uang yang ibu pinjam dari saya tidak perlu dikembalikan”.
Murah Hati
Namun, ketika Yesus berkata, “hendaklah kamu murah hati”, Yesus mengarahkan pendengarnya termasuk kita, untuk menunaikan kewajiban kepada sesama manusia. Ukuran murah hati adalah Allah itu murah hati. Ayat ini berbicara mengenai 2 aspek, pertama, murah hati berarti memberi kepada orang yang membutuhkan atau kekurangan. Yesus ingin agar kita memberi atau berbagi menurut kemampuan kita. Kedua, murah hati berarti juga mau mengampuni orang yang menyakiti hati kita. Kita tidak perlu balas dendam atau bertengkar dengan orang yang menyakiti hati kita. Walaupun direndahkan, dipermalukan, dihina, sebaiknya kita abaikan saja. Bahkan Yesus berkata bahwa kita harus berbuat baik dan berdoa supaya ia juga diberkati Tuhan.
Karena itu, kita perlu mengevaluasi hidup kita, apakah kita sudah murah hati atau sebaliknya. Namun, Allah yang murah hati menganugerahkan pengampunan kepada kita. Karena itu, kita, sebagai anak-anak-Nya, harus berbuat demikian. (thf)