Khotbah Kristen | Mengasihi Mereka Yang Tersisih | Matius 25: 45. Di suatu sore, ketika hendak membeli minuman di minimarket di samping gereja, saya melihat tiga orang anak berusia sekitar 11-13 tahun yang berpakaian lusuh. Dari ketiga anak tersebut, dua anak terlelap begitu hebatnya, sementara anak satu sedang melakukan aktivitas yang tidak begitu jelas. Saya berniat membelikan susu dan sebuah roti kepada masing-masing anak tersebut. Setelah membeli roti itu, saya menghampiri anak yang pertama, saya membangunkannya tetapi anak itu tidak terjaga, demikian juga dengan anak ke-2 yang juga sedang lelap tertidur karena kantuk yang sangat dalam. Saya hanya meletakkan susu dan roti di dekat mereka. Lalu saya mencari anak yang satu lagi, dan menemukannya di salah satu pojok. Saya melihat anak tersebut sedang mencium atau menghirup plastic (yang saya duga) berisi lem aibon. Bermaksud hendak menghampirinya, anak tersebut langsung pergi, walau saya sempat juga membeli roti dan susu untuknya. Di sekitar kejadian tersebut sebenarnya ada banyak orang yang saya duga tahu dan melihat apa yang dilakukan oleh anak tersebut, tetapi mereka mengabaikannya, mereka membiarkan anak itu.
Disekitar Kita, banyak sekali orang-orang yang tersisih. Mereka tidak dipedulikan, bahkan kehadiran mereka seringkali dianggap mengganggu. Mereka dikucilkan karena penampakan fisiknya yang lusuh dan mencurigakan, bau, tidak punya uang dan meminta-minta belas kasihan, berjualan dengan sedikit memaksa, sakit, lemah dan tidak berdaya, dsb. Padahal, semua tahu bahwa orang-orang seperti inilah yang justru membutuhkan uluran tangan dan pertolongan dari sesamanya. Ironis.
Sebagai orang yang sudah diselamatkan dan diberkati, kita diajak untuk juga mengasihi mereka yang tersisih dan terabaikan. Allah yang menyertai kehidupan, menolong di kala kita susah, memberkati setiap jerih lelah, mencukupkan kebutuhan, menghadirkan orang-orang baik di sekitar kita, menganugerahkan kesehatan, memberikan hikmat dan kemampuan, terlebih sudah menyelamatkan kita, menginginkan kita agar juga mengasihi sesame, termasuk mereka yang tersisih dan hina. Tidak perlu kita menuntut bahwa apa yang kita lakukan akan bermanfaat bagi orang lain, apalagi berharap bahwa lewat kasih kita, orang lain akan langsung berubah menjadi seperti apa yang kita inginkan. Kadang-kadang, perbuatan kasih ini semata-mata bukan tentang mereka yang tersisih, tetapi tentang kita, yakni apakah memenuhi peran dan panggilan kita sebagai orang percaya atau tidak.
Matius 25: 45, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Jangan lari ketika kita bertemu dengan orang-orang tersebut. Jangan menghindar. Itu adalah kesempatan menunjukkan kebaikan-Nya. Tuhan pasti menolong dan memampukan kita.