Khotbah Kristen | Hidup atau Kertas? | Mazmur 103: 15-16. Akte kelahiran adalah kertas. Kartu imunisasi adalah kertas. Piagam kelulusan juga kertas. Ijazah pun dari kertas. Semua hanya berupa kertas! Surat nikah juga dari kertas. Paspor pun kertas. Surat kepemilikan rumah, juga kertas. Resep dokter, kertas. Undangan acara, juga dari kertas. Kehidupan kita dalam pemahaman tertentu layaknya kertas-kertas. Seiring waktu berlalu, dirobek kemudian dibuang. Berapa banyak orang menjadi sedih dan bahagia oleh karena “kertas-kertas” yang dimilikinya? Tetapi ada satu lembar kertas yang tidak mungkin dilihat manusia selamanya, yaitu surat kematian. Begitulah tulisan dalam pesan singkat yang dikirim seorang teman dari jauh.
Bernar juga, manusia tidak akan pernah dapat melihat surat kematiannya sendiri. Sebab surat itu baru diterbitkan ketika seseorang telah meninggal. Oleh karena itu kita patut menyadari bahwa kehidupan di dunia ini sungguh merupakan sebuah peziarahan yang sangat sementara. Ibarat kertas-kertas tadi, sehabis digunakan, disobek lalu dibuang! Secara mendalam penulis Mazmur melukiskannya kepada kita : “Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.” [Mazmur 103: 15-16]
Setiap orang perlu menghayati kenyataan ini, bahwa hidup di dunia begitu sementara. Tidak ada yang kekal selain kasih setia Tuhan, begitu tulis Pemazmur. Sayangnya, hidup yang sementara ini seringkali disalahgunakan. Kadang kita merasa bahwa kitalah penguasa atau “tuhan” atas hidup ini. Demi mencapai ketenaran, penumpukan harta kekayaan, jabatan dan sebagainya seorang dapat dengan mudah menyalahgunakan kehidupan ini. Seolah-olah semua itu adalah tujuan hidup yang membuat bahagia. Padahal secara spiritual tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Allah selamanya. Begitu tulis Katherine Patterson dalam bukunya Who Am I? Semua pencapaian di dalam dunia adalah sarana. Bukan tujuan! Dengan menyadari hal ini maka kita tidak akan membiarkan hidup menjadi sia-sia. Kita akan terus berlomba dalam berbagai perbuatan baik untuk memberi makna kepada kehidupan ini sambal terus menerus meninggalkan goresan pengalaman indah di hati banyak orang.
Oleh Karena kematian adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, maka kita wajib menjalani hidup ini dengan baik dan benar. Salah satu majalah lifestyle dengan katergori anak muda pernah menulis tentang three stupid in life atau tiga kebodohan dalam hidup. Masa muda : punya waktu dan tenaga namun tidak memiliki uang. Masa produktif : punya tenaga dan uang namun tidak memiliki tenaga. Melalui ketiga kemalangan dalam hidup ini kita belajar untuk menjalani hidup secara seimbang, arif dan bijaksana. Sebab waktu yang berlalu tidak akan pernah dapat ditebus kembali. Sehingga entah masa muda, produktif atau masa tua perlu dijalani dengan bijak secara seimbang. Jangan sampai hanya karena mengejar kemapanan ekonomi kita kehilangan relasi dengan orang-orang yang kita cintai. Kita pun perlu terus menghayati bahwa smeua yang kita miliki suatu saat akan ditinggal. Kematian dengan sangat pasti akan merenggut semua milik kita. Bahkan tidak ada sepotong harta pun yang akan dibawa kedalam kematian. Dengan penghayatan ini sudah selayaknyalah kita merayakan kehidupan dalam kebersyukuran bersama orang-orang yang kita kasihi dan yang mengasihi kita.
Tahun baru 2019 telah kita jalani. Setiap harinya adalah anugerah Tuhan. Oleh karena anugerah, maka jangan pernah sia-siakan hidup yang Tuhan berikan ini. Jalanilah dalam ketetapan hati, kemantapan langkah dan kepastian iman bahwa perjalanan ini kita jalani bersmaa Sang empunya hidup, Yesus Kristus.
Pdt. Semuel Akihary