Ringkasan Cerita Alkitab
Bahan Cerita Sekolah Minggu Ayub 2:1-13 | Ayub Kehilangan Semua yang Dimilikinya. Dalam sekejap, Ayub kehilangan semua yang dimilikinya (Ayub 1:18). Dalam sekejap, Ayub kehilangan semua hartanya dan semua anaknya.
Namun setelah Ayub kehilangan semua yang dimilikinya, Ayub sujud dan menyembah kepada Allah serta berkata : “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi dan TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN !” (Ayub 1:21-22)
Ternyata Ayub terbukti sebagai orang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Kesalehan Ayub tidak tergantung pada situasi : tidak tergantung apakah Allah memberikan kondisi yang aman atau tidak atauppun apakah Allah membuat dia tambah banyak hartanya atau tidak. Ayub tulus kepada Allah. Ayub mengakui bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Allah yang berhak melakukan apapun. Allah berhak memberikan segala sesuatu kepada Ayub, Allah juga berhak untuk mengambil kembali semua yang diberikannya.
Setelah Ayub kehilangan semua yang dimilikinya, ia tidak mengutuki Allah, sebaliknya Ayub memuji nama Allah. Ayub memiliki pengenalan yang benar kepada Allah sehingga Ayub bisa memberi respon yang benar kepada Allah. Ternyata pernyataan Allah tentang Ayub terbukti.
Bagaimana dengan adik-adik, apakah kesalehan adik-adik akan terbukti ? Apakah adik-adik akan tetap saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan dalam situasi apapun : situasi yang baik maupun situasi yang buruk?
Ada suatu peristiwa yang manusia tidak akan pernah tahu jika Allah tidak memberitahukannya melalui firman-Nya, yaitu bahwa ada iblis datang menghadap Allah (Ayub 1:6).
Iblis telah gagal mencobai Ayub dalam kesalehannya kepada Allah dengan mengambil semua milik Ayub, baik binatang maupun anak-anaknya.. Ia kembali datang menghadap Allah.
Allah bertanya kepada iblis : “Dari mana engkau ?” Lalu jawab iblis kepada Allah : “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” Sekali lagi dengan bangga Allah kepada Iblis : “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub ? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan? (Ayub 1:8)“ . Bahkan kali ini Allah menambahkan pujian-Nya kepada Ayub : “Ia tetap tekun dalam kesalehannya. “ Allah menyatakan bahwa Ayub teruji saleh. Kesalehan Ayub bukanlah karena Allah selalu melindunginya ataupun membuatnya bertambah kaya. Ayub tulus kepada Allah.
Kali ini Iblis yakin apabila Ayub mengalami penderitaan pada tubuhnya, maka maka kesalehan Ayub akan berubah menjadi sikap yang mengutuki Allah. Maka Allah memberikan kesempatan kepada iblis untuk membuktikan teorinya itu. Allah mengijinkan iblis untuk mencobai Ayub dengan cara melakukan sesuatu terhadap tubuh Ayub, namun Allah tidak mengijinkan Ayub untuk mengambil nyawa Ayub (Ayub 2:7). Ingat, untuk mencobai Ayubpun, iblis hanya bisa melakukannya atas seijin Allah, sebab Allah adalah Allah yang berkuasa atas seluruh alam semesta dan atas kehidupan setiap orang. Tujuan iblis adalah supaya Ayub gagal untuk terus saleh. Tetapi Allah memaksudkannya menjadi sebuah ujian untuk membuktikan kesungguhan kesalehan Ayub. Iblis hanya bisa mencobai adik-adik jika Tuhan mengijinkannya. Iblis bermaksud membuat adik-adik gagal dan tidak lagi saleh kepada Tuhan, namun Tuhan bermaksud menguji adik-adik bahwa adik-adik akan terus saleh kepada Tuhan.
Sejauh ijin yang Allah berikan, maka iblispun menimpakan penyakit ke tubuh Ayub . Ayub terkena sakit barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya (Ayub 2:7). Begitu gatalnya sampai Ayub mengambil kepingan beling (dari vas tanah liat) untuk menggaruk-garuk badannya sambil duduk di tengah-tengah abu. Ayub sangat menderita dan merasa sangat tidak nyaman dengan kondisinya seperti itu. Melewati menit demi menit dalam kehidupannya dengan badannya terus merasa gatal dan dengan terus sambil menggaruk karena bisul-bisul yang berair dan berbau busuk di seluruh tubuhnya sangat tidak mudah. Tidak menggaruk badannya, terasa gatal, menggaruk badannya badan jadi luka-luka, serba salah.
Bisa adik-adik bayangkan apa yang Ayub alami ? Bagaimana perasaan Ayub ? Apa yang Ayub akan pikirkan ? Bagaimana Ayub akan berespon terhadap situasinya ? Bagaimana Ayub akan berespon terhadap Allah ? Apakah Ayub mempertanyakan Allah : “Saya ini orang saleh, kok Allah membiarkan tubuh saya sangat menderita dan menjadi demikian buruk ?”
Bagaimana jika adik-adik mengalami seperti yang Ayub alami ? Bagaimana jika adik-adik mengalami sesuatu terhadap tubuh adik-adik, misalnya menjadi buta, menjadi pincang, menjadi lumpuh, menjadi jerawatan, terkena sakit kanker, bahkan terkena borokan / kudisan yang membuat adik-adik bukan saja menderita namun juga tampak buruk ? Coba bayangkan !
Apakah penyakit yang menimpa tubuh Ayub membuat Ayub akan kecewa kepada Allah ? Marah kepada Allah dan mengutuki Allah ? Akankah Ayub berbalik dari Allah dan meninggalkan Allah ?
Apakah dugaan dan teori iblis benar tentang kesalehan Ayub : bahwa Ayub hanya saleh jika ia sehat-sehat saja dan tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja? Namun jika Ayub sangat menderita karena penyakitnya maka Ayub akan mengutuki Allah ? Akankah Ayub berhenti untuk menjadi orang yang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan?
Bahkan istri Ayub saja tidak tahan setelah mengalami segala kehilangan, sekarang harus melihat Ayub dalam kondisi yang demikian buruk. Istri Ayub menjadi lemah imannya dan berkata kepada Ayub : “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah !“ .
Ternyata …
Setelah Ayub demikian menderita dengan penyakit di tubuhnya dan istrinya menyuruhnya untuk mengutuki Allah, Ayub berkata kepada istrinya : “Engkau berbicara seperti perempuan gila ! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10) .
Ternyata Ayub terbukti sebagai orang saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Kesalehan Ayub tidak tergantung pada situasi : tidak tergantung apakah Allah memberikan kondisi tubuh yang sehat dan sempurna atau tidak. Ayub tulus kepada Allah. Ayub mengakui bahwa Allah adalah Alah yang berdaulat. Allah yang berhak melakukan apapun terhadapnya dan terhadap tubuhnya. Ayub mengakui bahwa Allah adalah pemberi dan pemilik hidupnya. Ayub percaya bahwa Allah selalu memberikan yang baik, yang benar, yang berguna, yang tepat untuknya. Sekalipun menurut pandangan manusia tampaknya tidak baik, Ayub tetap siap menerima apapun yang Allah lakukan. Dalam penderitaan tubuh yang demikian hebat, Ayub tidak berdosa dengan bibirnya. Ayub tidak mengutuki Allah, Ayub tidak menyalahkan Allah, Ayub tidak menuduh Allah telah berbuat yang tidak seharusnya terhadapnya. Ayub memiliki pengenalan yang benar kepada Allah sehingga Ayub bisa memberi respon yang benar kepada Allah.
Bagaimana jika adik-adik mengalami sesuatu terhadap tubuh adik-adik, misalnya menjadi buta, menjadi pincang, menjadi lumpuh, menjadi jerawatan, terkena sakit kanker, bahkan terkena borokan / kudisan yang membuat adik-adik bukan saja menderita namun juga tampak buruk ? Bagaimana adik-adik akan berespon kepada Tuhan : bersungut-sungut, mengeluh, marah ? Atau apakah adik-adik akan tetap beriman bahwa Tuhan bagaimanapun telah melakukan yang benar untuk adik-adik? Apakah adik-adik akan tetap saleh kepada Tuhan ?
Doa Respon Firman Tuhan
Tuhan Yesus, tolonglah saya agar kesalehan saya teruji, tidak tergantung pada keadaan tubuh saya baik dan nyaman atau tidak sempurna atau menderita . Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.