Renungan Harian Lukas 15: 11-32 (Adil Tidak Berarti Sama) Seminar “Adil Tidak Berarti Sama” dipandu Ibu Henny Supolo Sitepu, MA untuk para orang tua dan guru. Dinyatakan adil tidak selalu berarti sama karena kita berbeda-beda. Contohnya, Decca jago Matematika tetapi melempem saat mengarang puisi. Lorna pusing melihat angka-angka tetapi puisi-puisi buatannya jempolan. Tidak adil kalau Decca berharap Lorna akan menangkap pelajaran Matematika secepat dia. Sebaliknya, tak adil bagi Decca kalau puisinya dicerca karena tidak sebagus buatan Lorna.
Adil Tidak Berarti Sama
Seperti cerita itu, apakah Tuhan adil? Adil. Apakah Tuhan memperlakukan setiap manusia sama? Tidak. Cara Tuhan memperlakukan orang bertobat dengan orang yang sudah lama menjadi murid-Nya, berbeda. Melalui perumpamaan anak yang hilang, secara tersirat Tuhan menunjukkan keadilan-Nya. Dia memperlakukan pendosa yang bertobat (anak bungsu) dan orang yang bertobat dan setia (anak sulung). Kalau bapa memperlakukan anak sulung dan anak bungsu sama, anak bungsu tak pantas menjadi anaknya. Ia pantas menjadi orang upahan bapanya. Hartanya habis buat foya-foya. Ia tak berhak tinggal di rumah bapanya. Namun, memberi pakaian, perhiasan, dan mengadakan pesta untuk menguatkan si anak bungsu. Saat anak sulung datang dan ngambek, bapa tidak marah. Ia menasihati si sulung bahwa hartanya adalah harta si sulung juga. Mereka patut bersukacita karena adiknya telah kembali. Bapa mengajarkan bahwa hubungan saudara lebih berharga daripada harta sebanyak apa pun.
Kalau kita komplain tentang cara Tuhan memperlakukan kita, yang bertahun-tahun setia, dan orang, yang baru bertobat, berbeda. Kalau kita merasa Tuhan lebih sayang para pendosa dan kita yang taat justru lebih banyak diberi tanggung jawab, sadarilah adil tidak berarti sama. (ric)