1-Korintus-2-9-Ketaatan
1 Korintus 2: 9 | Ketaatan

1 Korintus 2: 9 | Ketaatan. “Huaaa… huaa….”, suara tangisan itu terdengar dari arah tangga. Aku mengenal tangisan itu. Dan benar. Marvelle kecil, teman kecilku berjalan terseok-seok dengan wajah dan mata basah kuyup oleh air mata. Ia menangis keras.

“Huaaa.. huaaa…”, tangisnya. Hatiku bergetar rasanya, tidak sampai hati aku melihat teman kecilku ini menangis dan sedih. Aku menghampiri Marvelle dan memeluknya. Lalu tanyaku, “Ada apa, Marvelle? MiiChan pergi lagi??”, Aku menduga.. ini pasti masih tentang Kucing kecil yang ia berinama Miichan itu.

Dan benar… “Miiichaan….” , Marvelle semakin keras menangis. Benar dugaanku. Ini tentang Miichan. “Kenapa Miichan, Vell? Miichan pergi lagi ya?….”

Lalu, disela-sela tangis nya Marvelle kecil berkata dengan terbata-bata.

“Aku… A Aku mau kucingggg…. Huaaa… Tapi, tapi … tapi nda bole mama ku…. Jadi aku nda bisa main sama Miichan lagi… “,

Marvelle kecil sedih. Ia menangis. Dan alasan dibalik tangisan nya kali ini menghadirkan banyak hal didalam hatiku. Geli. Terharu. Gemas. Terenyuh, entahlah… benar-benar teman kecilku 1 ini membawa begitu banyak cerita dalam hidupku. Dan, terima kasih, Marvelle. Aku bersyukur mengenalmu.

Kejadian siang itu, membuatku berpikir dan merenunngkan. Tangis dan kesedihan, dan alasan dibalik tangisan polos laki-laki mungil ini begitu membuat hatiku terenyuh “Aku mau sama Miichan, tapi mama ku bilang tidak boleh, jadi aku nda bisa main sama miichan lagi.”

Aku mulai berpikir. Aku berharap hatiku sepolos dan semurni hati Marvelle. Itu bukan kah seperti kita? Aku dan kamu? Kita, anak-anak Nya. Anak-anak Bapa kita.

Bukankah demikian dengan kita?

Dalam kehidupan kita ada begitu banyak hal yang “menggiurkan” dan menarik kita jauh dariNya. Dosa-dosa diseekitar kita dan dunia ini menawarkan begitu banyak hal yang indah dan menyenangkan. Namun tidak jarang dan tidak sedikit hal itu tidak menyenangkan Allah dan sebenarnya tidak baik bagi kita. Namun, apakah kita memiliki hati seperti anak-laki-laki kecil ini? Ketaatan seperti anak ini?

Aku yakin, pasti tidak mudah bagi Marvelle. Anak kecil ini begitu menyukai kucing nya, Miichan. Beberapa hari yang lalu ia juga menangis karena tidak dapat menemukan Miichan, kucingnya. Kucing itu begitu menarik dan membuat dia senang.

Namun, ketika mamanya mengatakan “tidak” untuk tidak bermain dengan kucing ini lagi.  Pasti hal itu sebenarnya sangat tidak menyenangkan bagi anak kecil ini. Lebih mudah baginya untuk melanggar “tidak” mamanya, toh kucing itu ada disekolah, ditempat dimana mama Marvelle sebenarnya tidak secara fisik ada bersama Marvelle dan bisa mengawasi Marvele?

Namun, anak kecil ini bisa dengan sedih. Mengatakan. “…nda bole mama. Jadi aku tidak bisa main dengan Miichan” dan meski tidak mudah dan membuat hatinya sedih, Namun Marvelle memilih untuk taat dan melakukan apa yang mamanya katakan.

Ketaatan.

Yang aku tahu, Marvelle taat karena ia mengasihi mamanya. Ia tahu apa yang mama nya tidak ingin ia lakukan. Ia tahu persis arti “tidak boleh” yang dikatakan mamanya. Dan Marvelle taat. Ada atau tidak ada mamanya, meski ia bisa saja “diam-diam” tidak mentaati mamanya, Tapi, anak ini memilih untuk taat. Ketaatan yang ia lakukan atas dasar ia mengasihi mamanya.

Bagaimana dengan kita?

“Faith never knows where it is being led, but it loves and knows the One who is leading”
_Oswald Chambers_

 

Penulis: Maria Felicia
1 Korintus 2: 9 | Ketaatan

Baca juga:Renungan Harian Yohanes 14:23-31 | Taat Meskipun Tidak Enak

Baca Juga Artikel Lainnya....