Renungan Yohanes 16: 21 | Tujuan Tuhan Mengijinkan Penderitaan. Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan seringkali membuat kehidupan kita menjadi seperti orang yang tak memiliki masa depan yang indah. Masalah yang datang silih berganti seakan-akan sebagai pentujuk bahwa hidup kita tak seindah kehidupan yang telah kita impi-impikan. Keluarga yang tak seperti yang kita inginkan membuat kita dilema dan mengalami keterpurukan dalam menjalani kehidupan. Teman yang tak membangun kerohanian membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Lingkungan yang tidak memberikan dampak yang baik dalam kehidupan membuat kita semakin hari semakin merasa bahwa kehidupan ini sunggung kejam.
Kita sebagai umat Tuhan merasa bahwa kita harus menjalani kehidupan ini dengan takut dan gentar kepada Tuhan. Membaca FirmanTuhan dan merenungkan-Nya telah kita penjuangkan supaya menjadi gaya hidup kita. Pergi ibadah dan mengambil bagian di dalam pelayanan telah kita lakukan untuk mencapai tindakan yang maksimal di mata Tuhan. Namun, kenyataan demi kenyataan membuat kita menjadi kecewa kepada Tuhan. Kita sering bertanya-tanya dimanakah Tuhan? Mengapa Ia tidak menolong kita di saat kita butuh pertolongan. Mengapa Ia tidak mempedulikan kita di saat kita dikucilkan. Mengapa? Mengapa? Mengapa? Itulah yang sering kita ucapkan atas kesenjangan yang terjadi di dalam hidup kita.
Seiring berjalannya waktu kita menjadi sadar ketika kebaikan demi kebaikan datang dalam kehidupan kita. Kita merasa lega dan mengucap syukur kepada Tuhan atas hal-hal yang baik telah nyata dalam kehidupan kita. Gairah dalam pelayanan dan melakukan segala ketetapan Tuhan dengan menggebu-gebu menjadi warna pelayanan-kita karena hal-hal yang baik yang kita impikan semakin hari semakin banyak yang nyata dalam kehidupan kita. Puji Tuhan, itulah yang selalu kita ucapkan disaat kita menceritakan kebaikan Tuhan.
Tujuan Tuhan Mengijinkan Penderitaan
Hari demi hari kita lewatkan dengan berjalan di jalan Tuhan. Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam menjadi kesukaan dalam aktivitas kehidupan kita. Namun, di waktu kita merenungkan Firman Tuhan dan kita teringat akan perjalanan kehidupan kita, membuat kita menangis dan menyesali perbuatan-perbuatan yang kita lakukan kepada Tuhan di waktu kita masih mengalami penderitaan. Kita meminta maaf kepada Tuhan karena kita telah meragukan Tuhan dalam memelihara kita saat menjalani kehidupan. Penyesalan demi penyesalan terungkap dalam komunikasi kita kepada Tuhan. Kesadaran penuh akan kebaikan Tuhan dalam rancangannya di kehidupan kita telah membawa kita menjadi semakin sempurna.
Puji Tuhan, sungguh dasyat Allah kita yang mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan kita. Mungkin kita tak akan dewasa jika kita tidak mengalami penderitaan. Mungkin kita menjadi sombong jika kita tak mengalami kegagalan demi kegagalan. Mungkin kita tidak menjadi luar biasa di saat kita tak sedikitpun diperhadapkan dengan hal-hal yang luar bisa. Sungguh jalan Tuhan tak terselami dan rancangannya melebihi keinginan hati.
Mari, saudara-saudara yang di kasihi oleh Tuhan, kita berjuang terus di dalam Tuhan. Andalkan terus kekuatan Tuhan dalam segala sesuatu yang akan kita lakukan maka kita akan menikmati keindahan dalam berjalan bersama Tuhan. Ingatlah perkataan Tuhan! “seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seseorang manusia telah dilahirkan ke dunia (Yoh 16:21)” Soli Deo Gloria
Penulis : Junio Richson Sirait, S.Th