Renungan Harian Yeremia 29:11 | Seperti Musim dan Penantiannya. Kalau kita melihat sesuatu dalam sudut pandang yang menyeluruh, kita akan menemukan banyak masa di hidup kita. Masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Setiap masa memiliki musimnya masing-masing. Musim apa? Musim kala semuanya terlihat baik-baik saja. Musim kala semuanya terlihat “Ah, sungguh menyebalkan”.
Seringkali dalam hidup, terkhususnya aku selalu mengeluh. Aku mengeluh untuk waktu yang tidak kunjung datang. Aku mengeluh untuk menunggu terlalu lama. Aku mengeluh untuk setiap hal yang tidak berakhir. Apa filosofi mengeluh sehingga kita sering sekali seperti itu? Mengeluh karena kita tidak sabar. Karena kita ragu. Karena kita khawatir. Kadang, kita selalu ingin semuanya berjalan seperti apa yang kita mau dan bayangkan. Ketika kenyataan berarah sebaliknya, kita ragu, kita khawatir, dan akhirnya kita tidak sabar untuk setiap hal baik yang Tuhan siapkan dihidup kita.
Seperti Musim dan Penantiannya
Seperti musim yang silih berganti oleh waktu. Begitulah hidup. Adakalanya kita tersenyum, adakalanya kita bersedih, ada saat kita bahagia, ada saat kita meratap, ada saat kita ingin sekali memeluk, ada saat kita harus bisa melepas pelukkan itu, ada waktu untuk kita menyimpan sesuatu, dan ada waktu untuk membuang sesuatu itu. Semua tak lepas dari waktu. Lantas, harus apakah aku? Hai, kamu yang jernih hatinya, yang selalu berharap keindahan benar nyata, yang selalu bermimpi semua akan berakhir bahagia.
Ada dua hal yang perlu kamu lakukan yang pertama adalah.. tetap berjalan bersama Dia. Percayalah, dalam setiap musim kehidupanmu Tuhan selalu berada disampingmu. Memangkumu ketika kau mulai lelah berdiri. Menopangmu ketika rasanya kau mulai mudah terjatuh. Memimpinmu ketika kau mulai kehilangan arah, dan menuntunmu ketika rasanya kau sudah mulai ingin berhenti.
Tuhan selalu berjanji bahwa apapun yang Ia rencanakan adalah rencana yang membawakan mu pada damai sejahtera dan bukan rencana kecelakaan (Yeremia 29:11). Dan, satu hal lagi yang perlu kita lakukan adalah, percaya. Percaya bukan hanya perkataan “ya Tuhan, aku percaya padamu” tapi dalam hati masih gelisah dan gundah, khawatir dan ragu.
Percaya disini adalah ketika kamu percaya bahwa Tuhan menyiapkan segala hal yang baik untukmu, kamu harus tetap mengimani percaya itu dengan menjalankan hidup semaksimal mungkin yang kamu bisa lakukan. Dengan melakukan apapun yang terbaik sebisa kita, kamu yakin dan percaya bahwa semua keinginan, harapan, dan impianmu akan Tuhan wujudkan dengan caraNya yang paling baik.
Dan, kala kita menunggu pergantian musim dalam hidup kita sering kali kita bosan menanti. Kadang, kita terburu-buru dengan hasrat kita untuk memiliki sesuatu dan melakukan sesuatu padahal belum waktunya lampu hijau itu menyala.
Suatu waktu aku dapati cerita tentang seorang anak kecil yang melihat sebuah kepompong dengan kupu-kupu kecil yang ingin keluar dari kepompongnya, anak kecil itu kasihan melihat kupu-kupu kecil itu, kupu-kupu kecil itu berusaha untuk mengepak sayapnya agar bisa keluar dari kepompongnya, karena anak kecil itu kasihan melihat kupu-kupu kecil tersebut yang susah keluar dari kepompong, akhirnya anak kecil ini membantu kupu-kupu dengan mengeluarkan kupu-kupu tersebut dari kepompongnya.
Tapi, apakah yang terjadi? Kupu-kupu kecil itu tidak bisa terbang dengan baik, ia menjadi kecil dan tidak berkembang dengan baik. Kenapa? Karena sebenarnya, saat kupu-kupu kecil itu berusaha untuk keluar dari kepompong tersebut disitulah ia melatih kekuatan sayap dan bagian tubuh lainnya agar bisa tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Ada satu hal dari penantian musim yang seringkali kita lupa sadari, bahwa selama kita menanti waktu terbaik yang Tuhan berikan untuk kita, selama itu pula tanpa sadar kita memproses diri kita untuk sampai pada waktu yang Tuhan siapkan. Sebagai contoh sederhana, kita menanti untuk lulus dari bangku kuliah dan selama kita menanti kita belajar yang rajin, kita mengerjakan tugas, dan melakukan kegiatan lainnya agar bisa sampai pada waktunya kita akan wisuda. Sebenarnya, kita memproses diri kita untuk keinginan diri kita sendiri sehingga Tuhan memerlukan waktu-Nya secara pribadi untuk mewujudkannya.
Tuhan sangat tau waktu yang terbaik untuk kita. Ia tidak mau merusak proses hidup kita untuk mencapai rencanaNya, walau rasanya kita sudah berdoa sungguh-sungguh, menangis sepanjang malam, pelayanan dan lain sebagainya untuk menyentuh hati Tuhan. Jika Tuhan melihat kita belum mampu untuk menerimanya dan Tuhan bertanya pada kita, “Apakah kamu siap untuk menerima apa yang kamu inginkan?”, apakah jawaban diri kita?
Mari, selama kita menanti setiap pergantian musim hidup kita, kita lakukan yang terbaik untuk Tuhan. Kita siapkan diri kita untuk Tuhan proses dan Tuhan bentuk, seperti kupu-kupu kecil tadi yang harus berusaha dengan sayapnya untuk bisa keluar dari kepompong, sehingga ketika waktunya tiba ia bisa terbang dengan sayapnya yang kuat. Begitulah kita, kita harus bisa berusaha untuk mempersiapkan diri sembari menanti waktunya Tuhan. Sehingga, ketika Tuhan bertanya, ”Apakah kamu siap untuk menerima apa yang kamu inginkan?” Kita bisa dengan tegas menjawab, “Ya, Tuhan, aku siap dengan segenap hatiku..”
Semangat untuk diproses dan dibentuk oleh Tuhan, percayalah, rencana dan waktuNya selalu yang terbaik untuk kita. God is good all the time and all the time God is good.
Ditulis oleh: Prita Atria Karyadi, S.Pd