Renungan Harian Remaja Lukas 6: 37-42. Orang Korea senang dengan dongeng perumpamaan berikut ini. Seorang guru besar yang pelupa naik ke atas pelana keledainya dan pergi mengunjungi seorang sahabatnya. Ketika ia menunggangi keledai itu, dia tetap membaca buku-bukunya.
Keledai itu segera mengetahui bahwa penunggangnya tidak mengendalikannya. Maka binatang itu mulai memutar dan membawa penunggangnya pulang ke rumah. Ketika tiba, guru besar itu tetap diam berdiri dan menunggu. Guru besar itu memandang dan mengira kalau dia sedang berdiri di depan rumah sahabatnya.
Lalu dia memandangi rumah itu dari bawah ke atas, dan berkata, “Ya ampun, sahabatku telah membiarkan rumahnya berantakan. Sungguh aneh bahwa dia tidak melakukan sesuatu pada rumahnya.”
Istrinya guru besar itu sendirilah yang bisa meyakinkan kalau guru besar itu sedang memandang ke rumahnya sendiri, dan bahwa kritikannya memang benar.
Membaca dongeng di atas, reaksi kita yang pertama mungkin adalah tersenyum atau tertawa. Tapi pernah nggak terlintas dalam benak kita, bahwa sesungguhnya kita juga kerap melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan guru besar tadi. Cepat melihat kesalahan orang lain, tapi lambat terhadap kesalahan diri sendiri.
Biasanya, begitu kita melihat kesalahan orang lain, bernafsu kita juga akan menghujani orang itu dengan kritik-kritik yang menyakitkan atau menjatuhkan. Seolah-olah hanya kitalah orang yang nggak punya kekurangan dan nggak pernah melakukan kesalahan. Sesungguhnya ini ciri-ciri hidup orang munafik.
Sobat, bukan sesuatu yang salah jika kita memberitahukan orang lain akan kesalahannya, bukan pula perbuatan tercela kalau kita memberi kritik yang membangun pada orang lain. Tapi adalah jauh lebih terpuji jika kita mengoreksi diri lebih dulu sebelum mengoreksi diri orang lain.
Jangan sampai orang menertawakan kita karena kita mencoba membenahi hidup orang lain, sementara hidup kita sendiri berantakan. Jangan sampai kesalahan kecil orang lain kita lihat, kesalahan besar yang kita lakukan nggak kita sadari. (Renungan Harian Remaja Lukas 6: 37-42 | Koreksi Diri)