Renungan Harian Pengkhotbah 5:8-14. Bagaimana kekikiran (ay. 8) dan ketamakan (ay. 10) dinyatakan? Mengapa keduanya berkaitan dengan erat?
Kikir Dan Tamak Adalah Saudara Kembar
Kitab Pengkhotbah pun menyatakan bahwa kecintaan seseorang terhadap kekayaan tidak akan pernah terpuaskan meskipun orang itu telah memiliki harta benda yang melimpah (ay. 5:9). Kebanggaan dan keinginan seseorang terhadap kekayaan akan membuatnya terpacu untuk mencari dan menambahkan hartanya terus-menerus, padahal ia tidak akan dapat membawa segala miliknya itu setelah ia meninggal (ay. 12-16).
Bahkan selama ia masih hidup pun kekayaannya itu tidak selalu dapat dinikmatinya (ay. 6:1-2) sebab pencuri, sakit-penyakit dan berbagai bencana (seperti alam, kebakaran, pencurian, dll.) dapat menyebabkan kekayaan tersebut hilang. Lebih baik jika kita diberikan Tuhan kemampuan untuk dapat menikmati semua berkat Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam nas ini (ay. 5:17-18).
Jika kita telah diberkati Tuhan dengan kekayaan dan berkat secara fisik, jangan lupa bahwa Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita tentang bagaimana cara kita mengelola kekayaan tersebut dan apa motivasi kita mencari harta dan semua kebanggaan duniawi. Cara pengelolaan yang salah dan motivasi yang keliru dapat membuat orang Kristen tergoda dengan berbagai dosa.
Salah satu di antaranya adalah dosa ketamakan. Dosa ketamakan menekankan pada sikap ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, sementara kekikiran menahan harta buat orang yang seharusnya diterima. Sikap ini menyebabkan anak Tuhan terikat dengan keinginan mencari kepuasan secara fisik saja dan melupakan Tuhan sang pemberi berkat.
Yang benar adalah harta bukan tujuan utama (tamak) dalam hidup ini melainkan suatu sarana agar kita dapat menikmati dan memuliakan Tuhan dalam hidup ini dengan menjadi berkat buat orang lain (tidak kikir). (Renungan Harian Pengkhotbah 5:8-14 – GKBJ)