Renungan Harian Matius 2: 7-12 | Mengasihi sesama. Saat bertugas sebagai bagian dari militer Amerika Serikat di Irak tahun 2007, pagi-pagi sekali aku terbangun dengan diliputi ketakutan. Aku berdoa sungguh-sunggh agar Allah melindungiku dan menjaga keluargaku dari rasa sedih yang akan mereka rasakan jika aku tewas. Aku menulis surat kepada istri dan anak-anaku dan meminta perwira atasanku memastikan keluargaku menerima surat itu kalau suatu hari terjadi sesuatu padaku.
Meskipun diliputi ketakutan yang berlebihan, kami lanjutkan menjalankan misi kami. Di pinggiran Baghdad, kami dihentikan oleh kepala polisi Muslim yang panik yang dengannya aku sudahbekerja selama lebih dari setahun ini. Ia bersikeras agar kami tidak melangkah lebih jauh karena jalan di depan banyak yang dipasangi bom di bagian pinggirnya. Setelah investigasi lebih lanjut, kami mendapati bahwa kami memang telah terjebak untuk diserang, dan kami terhindar dari maut karena pembawa pesan yang tidak terduga ini.
Aku masih bergumul dengan pemikiran akan hari itu, tetapi aku merasa terhibur oleh persahabatan yang Allah tempatkan di jalanku lewat pria jujur dan setia itu. Akan mudah baginya untuk membiarkan saja kami untuk lewat atau bagiku untuk mengabaikan peringatannya. Hari itu orang yang sepertinya tidak mungkin menjadi temanku itu mengajariku suatu pelajaran tentang kasih dan kebaikan. Sesama kita sering kali orang yang sangat berbeda dengan kita. Allah memanggil kita untuk membangun persahabatan, kebaikan, dan pengertian bahkan dari mereka yang tampak berbeda. Mengasihi sesama kita semua membuka diri terhadap berkat yang besar. (Chad B. McRee)