Renungan Harian Lukas 15: 11-32 | Mempedulikan yang Jatuh. Sepuluh anak disabilitas bersiap di garis start, lalu segera berlari menuju garis finish dengan wajah gembira. Namun, di tengah lomba seorang anak jatuh dan terguling beberapa kali, lalu menangis menahan rasa sakit. Tak diduga, ternyata sembilan anak lain yang sedang berlari, memperlambat langkah usai mendengar suara tangisan itu. Mereka menoleh ke belakang dan segera berlarian ke arah anak yang jatuh tadi. Seorang gadis kecil yang menderita keterbelakangan mental mendekatinya, menggandengnya, dan membantunya bangkit. Kesepuluh anak itu lari bergandengan tangan dan berlari bersama-sama menuju garis finish.
Kisah di atas mengingatkan saya tentang kasih seorang bapa yang mau menerima kembali anaknya yang “terjatuh”. Umumnya setiap orang akan terluka ketika seorang mengkhianatinya. Anak bungsu itu telah pergi dengan membawa warisan yang sebenarnya belum waktunya untuk diterimanya. Anak itu bisa jadi telah melukai hati bapanya, tetapi hati sang bapa tidak tersakiti. Ia justru setia menanti kepulangan anaknya itu dalam pelukannya. Saat melihat anak itu pulang, sang bapa langsung berlari memeluk anaknya itu.
Apa reaksi kita ketika melihat seorang rekan kerja atau rekan bisnis kita “terjatuh” atau gagal? Apakah kita memilih tidak peduli dan terus “berlari” karena merasa berhak memenangkan persaingan? Kisah di atas mengajar kita bahwa tidak ada yang lebih berhaga daripada kemenangan bersama. Bagian terpenting adalah sikap peduli dan saling menolong meraih kemenangan, meski kita harus mengalah atau mudur sejenak demi mengangkat mereka yang “jatuh”, membantunya berdiri, lalu berlari bersama menuju kemenangan. (sam)
baca juga: Khotbah Kristen Lukas 4: 1-13 | Setia Dan Taat Dalam Pencobaan