Renungan Harian Keluaran 23: 6-9 | Sebuah talenta untuk dibagikan. Sebagai seseorang sukarelawan yang mendampingi para pengungsi baru yang berdatangan ke negaraku, hatiku hancur ketika mendengar begitu banyak kisah orang-orang jahat yang mengambil keuntungan dari mereka. Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa menolong mereka, bahkan sekalipun tenaga dan waktuku terbatas. Aku bertemu Aung Lin dan putri-putrinya pada musim gugur yang lalu dan kemudian mengunjunginya saat Natal. Ia pernah menginjak ladang ranjau di sebuah kamp pengungsi di Thailand sehinga kehilangan satu kakinya, kedua tangannya, dan penglihatannya. Kemudian istrinya meninggal. Ketika ia datang ke Nebraska bersama keempat putrinya, sepasang suami istri dari kelompok etnis yang sama di Burma bersedia menerima mereka di apartemennya. Aku berharap dapat menolong keluarga ini walau hanya sebagian kecil. Ketika aku mengunjungi Aung Lin, aku berharap bahwa dengan beras, buah-buahan, dan uang yang aku bawa, aku juga membuat harinya lebih baik dengan menunjukkan kasih Allah kepadanya.
Allah telah memberi talenta dan kecakapan kepada setiap kita untuk menolong orang lain. Mereka yang senang menjahit membantu para pengungsi mempelajari keterampilan ini. Kelompok kerajinan tangan telah diorganisasikan untuk membantu menghasilkan uang bagi keluarga para pengungsi. Seorang pensiunan guru membantu murid-murid baru mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Temanku Sunny yang sudah berusia 81 tahun membantu para pengungsi mempelajari adat dan budaya di daerah kami. Entah dengan pengungsi ataupun lansia yang kesepian atau seseorang di gereja yang sakit berkepanjangan – setiap kita memiliki talenta yang dapat dibagikan bagi kemuliaan Allah. (Nancy R. Meyer)
baca juga: Renungan Harian Roma 8: 28-34 | Satu Talenta