Renungan Harian 1 Korintus 7: 22-23. Isilah apakah yang dikenakan kepada kita yang sudah percaya Tuhan? (ay 22) Mengapa? (ay 23)
Melayani Sebagai Sebuah Pengabdian
Kata “hamba” ditulis dalam bahasa aslinya dengan kata “doulos” yang mempunyai arti “budak”. Seorang budak sama sekali tidak memiliki hak apapun juga, selain mengabdi kepada tuannya karena ia telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar oleh tuannya itu. Demikian pula, kita ini bukan lagi budak dosa melainkan hamba Allah karena kita sudah dibeli dan harganya sudah lunas dibayar oleh darah Kristus yang sangat mahal itu. Karena itu hidup kita bukan lagi milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan. Kita hidup hanya oleh anugerah-Nya dan dituntut untuk memuliakan-Nya, Sang Tuhan diatas segala tuan.
Ini berbicara tentang sebuah pengabdian. Pengabdian yang berkualitas harus dijalani dengan sikap setia. Mulai dari setia dalam perkara-perkara kecil, maka kita akan terlatih untuk setia dalam perkara-perkara besar pula. Seringkali pada awal-awal melayani kita setia melakukan semua pekerjaan, bahkan hal-hal yang paling kecil sekalipun. Namun seiring dengan waktu, seringkali kesetiaan kita mulai luntur, kita mulai bertindak sebagai “boss” yang main perintah dan enggan melakukan hal-hal sepele, cenderung ingin tampil di depan untuk mendapatkan pujian dan penghargaan. Kita mulai lalai dan mengerjakan pelayanan asal-asalan. Seorang hamba yang tahu dirinya telah ditebus oleh tuan yang baik hati, ia akan mengabdi kepada tuannya seumur hidupnya dengan segenap hatinya. Mari kita kembali kepada semangat pengabdian yang semula!
Periksalah, kapan terakhir kali Anda melakukan tugas pelayanan dengan semangat pengabdian? Hal apa yang harus Anda tanamkan dalam diri Anda supaya Anda bisa tetap melayani dengan penuh pengabdian? Pikirkan untuk melakukan sebuah tindakan kongkrit untuk mempraktekkan kebenaran ini!
Baca juga: Renungan Harian 1 Korintus 3: 6-15 | Upah Melayani Tuhan