Renungan Harian Amsal 4: 25 (Masa Lalu Kucing) Mark Twain pernah mengatakan, “Kalau kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan mau duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan mau duduk lagi di atas tungku dingin”. Kesimpulannya, kucing tersebut mengartikan tungku dengan pengalaman buruk dan panas. Pengalaman buruk itu ia bawa terus sehingga ia berkesimpulan setiap tungku, baik dingin maupun panas, pasti panas dan berbahaya.
Masa Lalu Kucing
Sepertinya, kita juga seperti kucing itu. Sikap kita pada hari ini terbentuk dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Jika pada masa lalu kita gagal, pada situasi yang sama tetapi pada waktu yang berbeda, kita sering percaya bahwa kita akan gagal lagi. Pada akhirnya, tanpa sadar kita membiarkan diri sendiri terjebak masa lalu yang menyedihkan itu.
Tak dipungkiri berdamai dengan masa lalu yang pahit memang tak mudah tetapi Salomo menasihati “Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka”. Ciri orang yang berhikmat tak akan membiarkan pengalaman buruk pada masa lalu menghantui dan membayangi kehidupannya. Karena orang berhikmat menyadari bahwa hidup yang dikuasai ketakutan dan kekuatiran akibat pengalaman masa lalu, hanya akan membuat dirinya takut untuk mencoba hal-hal baru. Sebab itu, orang berhikmat justru akan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran berharga bagi dirinya sendiri.
Melalui renungan hari ini, kiranya semakin bersikap optimis dan menatap hidup dengan keberanian. Sebab orang yang hidup dengan ketakutan tidak akan pernah sukses. Jadi, tinggalkan pengalaman buruk pada masa lalu kita!