Renungan Harian Amsal 28: 7 (Sadar Hukum) Hengki Kawilarang menjalani sidang lanjutan kaus penggelapan dari mengelola arisan. Dalam siding beragendakan eksepsi itu, Hengki menjamin tak akan lari dari tanggung jawab. Ia pun berharap kasusnya tak lagi melebar ke masalah lain. Kesalahan ini, lanjut Hengki, jangan dijadikan untuk merusak citranya. “Yang saya tahu selama ini seakan menjatuhkan saya. Sedangkan saya punya karyawan, punya keluarga, punya orangtua. Karya saya ngga pernah dilihat tapi kesalahan setitik saya dijatuhkan,” keluhnya.

Sadar Hukum

Kasus serupa sebelumnya sudah banyak terjadi. Namun herannya, masih juga ada orang-orang yang tak menjadikan pengalaman para pelaku kejahatan itu sebagai pelajaran berharga. Padahal kita tahu nama baik adalah hasil membangun dari perbuatan dan tutur kata kita sehari-hari dan membutuhkan waktu yang lama. Kita juga tahu bahwa nama buruk akan berdampak tak hanya pada diri sendiri tetapi juga terhadap keluarga, tempat kerja, dan di mana pun kita aktif terlibat. Untuk itulah, penulis Amsal menasihati agar kita hidup dlam ketaatan di dalam Tuhan. Bentuk dari ketaatan tersebut salah satunya memelihara hukum, baik hukum Tuhan yang tertulis di dalam firman-Nya maupun hukum pemerintah yang mana pemerintah adalah wakil Tuhan atas umat-Nya di dunia.

Karena itu, jadilah pekerja yang tak hanya memiliki kinerja yang baik tetapi juga jadilah pekerja yang sadar hukum, yang di dalamnya termasuk aturan perusahaan. Jika kedua hal ini—kinerja baik plus nama baik—dikombinasikan, pasti kita akan menjadi pekerja yang layak diperhitungkan oleh perusahaan. Jangan rusak citra diri sendiri demii sesuatu yang fana! (val)