Renungan 2 Korintus 8-12-Memberi Membawa Sukacita
Renungan 2 Korintus 8-12-Memberi Membawa Sukacita

Renungan 2 Korintus 8: 12 | Memberi Membawa Sukacita

Renungan 2 Korintus 8: 12 | Memberi Membawa Sukacita. Tuhan memberkati hidup kita.agar kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kita memberi bukan karena kita mau, atau kaya, tetapi Tuhan senang jika kita memberi dari kekurangan kita dengan hati yang iklas

Kita meneladani Tuhan, memberi dengan kasih. Memberikan kita nafas kehidupan, berkatNya yang selalu baru. Kasih karunia dan kemurahan Tuhan memberikan puteraNya yang tinggal, Yesus Kristus, sehingga kita beroleh keselamatan. Terlebih pemberian Yesus terbesar, dengan rela, Dia mau berkorban, mati di kayu sakit untuk menebus semua dosa dosa kita. Karenanya dengan meneladani sifat Tuhan Yesus dalam hal memberi, marilah kita memuliakan Nama Nya dengan jalan memberi untuk Tuhan dan sesama.

Memberi Membawa Sukacita

Firman Tuhan dalam Markus 12:41-44, menceritakan  pada suatu hari Yesus sedang duduk menghadap peti persembahan dan Ia memperhatikan orang banyak memasukkan uang dalam peti, diantaranya orang kaya memberi dalam jumlah besar. Tetapi satanglah seorang janda miskin, dan ia hanya memasukkan dia peserta, satu duit. Maka berkatalah Yesus kepada murid muridNyaa, bahwa janda miskin itu telah memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.Janda tersebut memberi dari kekurangannya, memberi dengan kerelaan hatinya, sehingga Tuhan berkenan akan pemberiannya.

Seberapa pun berkat yang kita punya, yang Tuhan titipkan pada kita, mari  jadi berkat untuk orang orang di sekeliling kita.  Pemberian yang didasari hati yang rela dan tulus, akan membawa sukacita bagi Tuhan, sesama, juga diri kita sendiri.

Seorang pemberi yang  dengan penuh sukacita dan  kerelaan hati akan menuangkan milikbya untuk orang lain, sebab ia percaya bahwa kehidupan sejati berada dalam tindakannya, yaitu MEMBERI. Amin.

” Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. ” ( Kisah Para Rasul 20:35)

 

Penulis: Esther Elisabeth

Leave a Reply