Khotbah Kristen : Melatih Diri Untuk Berdisiplin Secara Utuh. Dalam keseharian, kita banyak menjumpai orang yang terbiasa tidak disiplin, mulai dari melanggar rambu lalu lintas, menyelak antrean, tidak menepati janji, dan lain sebagainya. Dalam taraf tertentu, perilaku tidak disiplin bisa menjadi sangat menyebalkan karena orang lain pun bisa jadi korban. Mendisiplinkan diri memang bukanlah hal yang mudah untuk dikerjakan, apalagi jika orang tersebut hanya peduli dengan kepentingannya sendiri. Ketika mementingkan dirinya sendiri, orang tidak akan capek-capek memikirkan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya, atau kerugian yang dirasakan orang lain. Tuhan kehendaki dalam hidupnya, atau kerugian yang dirasakan orang lain. Tuhan dan orang lain seolah tidak lebih penting dari —kesenangan, kenyamanan, kebutuhan, keinginan— dirinya sendii. Menjadi pribadi yang disiplin tidak terjadi begitu saja, ada proses pembentukan dan latihan yang dilakukan berulang-ulang untuk mengasah motivasi dan ketaatan diri. Jika kita menjadi pribadi yang disiplin, maka percayalah kalua itu semua akhirnya berguna untuk kebaikan diri kita dalam keterkaitan bersama Tuhan dan sesama.
Melatih Diri Untuk Berdisiplin Secara Utuh
Ajakan untuk mendisiplinkan diri, khususnya secara rohani, diserukan dalam masa Pra Paskah. Umat diajak untuk berpuasa, berpantang, dan bersedekah guna menghayati karya Allah dalam kehidupan umat-Nya, terlebih untuk terlibat dalam karya kasih Allah di tengah dunia sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya. Ketika seseorang mampu untuk mendisiplinkan dirinya secara rohani, maka hal itu akan menjadi dasar yang kuat untuk berdisiplin diri dalam keseharian.
Apakah kita semua berkomitmen untuk melatih diri kita menjalankan disiplin rohani dalam masa Pra Paskah ini? Jika kita masih ragu karena merasa ini seperti “ikut-ikutan” tradisi Katolik, maka kita keliru. Ini adalah tradisi Kekristenan yang diberlakukan sejak awal, dan dalam konteks Samanhudi memang baru didengungkan kembali beberapa tahun belakangan ini karena memang dasar dan tujuannya baik, dan bisa dipertanggungjawabkan secara teologis. Latihan untuk berdisiplin sudah harus kita mulai dan biasakan karena jika dilakukan dengan benar, melaluinya kita akan ditolong untuk mengalami pertumbuhan spiritualitas yang baik. Banyak orang berat menjalankannya karena sudah lebih dulu dipusingkan hal-hal yang sifatnya praktis, dan bukan esensi; nanti jam puasanya bagimana, ikut cara agama lain berpuasa atau bagaimana? Kalau gak kuat, nanti puasa atau pantangnya bolong-bolong dong? Sepertinya saya bukan tipe yang bisa berpuasa dan berpantang deh. Aturan detail berdermanya bagaimana? Kalua nanti ditipu kan sayang juga, dan seterusnya.
Jika kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan, pasti kita memiliki kerinduan untuk melatih diri dan spiritualitas kita dengan baik. Kalau kita punya kerinduan untuk mendisiplinkan diri dari secara utuh, pasti kita akan mencari dan menemukan jalan untuk mewujudkannya. Setiap orang bisa saja memiliki cara berbeda-beda, tapi semangatnya jelas; dalam setiap komitmen dan disiplin yang kita lakukan bangunlah hubungan yang intim dengan Tuhan, berdamailah dengan diri sendiri, dan berdampaklah secara nyata dalam kehidupan bersama. Mulailah dari diri sendiri. Kiranya Tuhan memampukan kita semua.
Pnt. Maria W. Sindhu