khotbah-kristen-terbaru-dan-terlengkap
khotbah-kristen-terbaru-dan-terlengkap

Khotbah Kristen: The Power Of Now | Matius 6: 34

Khotbah Kristen: The Power Of Now | Matius 6: 34. Dalam tulisan warta minggu lalu, kita belajar dan diingatkan untuk merengkuh anugerah sebagai jalan pemulihan trauma melalui karya Serene Jones, Trauma and Grace. Ketika orang hidup dalam anugerah, mereka menyadari bahwa anugerah Allah lebih dari cukup untuk menopang dan memulihkan. Dengan begitu kita tidak membawa beban masa lalu ke masa kini bahkan masa depan.

Dalam suasana yang sama namun pilihan kata berbeda, kesadaran pada pemahaman semacam ini menjadi titik balik seorang spiritualis kontemporer, Eckhart Tolle. Melalui pengalaman gelisah oleh pikiran tengah malamnya, ia mulai mempertanyakan kehidupan yang membuatnya begitu menderita. Boleh jadi trauma masa lalu yang masih terus menghantui atau ketakutan bahkan pesimisme terhadap hidup masa depan. Ia menyadaru bahwa tidak mungkin melanjutkan hidup dengan “diri” yang penuh kecemasan dan ketakutan. Maka Tolle belajar melihat sisi lain dalam idirnya saat ia dapat melanjutkan hidup dengan cara yang berbeda. Tolle menemukan “diri” baru yang melaluinya ia dapat melanjutkan hidup. Latar belakang inilah yang kemudian hari menjadi alasan penulisan bukunya, The Power of Now.

The Power Of Now

Melalui The Power of Now, Tolle memperkenalkan pencerahan dan musuh alami yakni, pikiran. Ia menunjukan bahwa rasa sakit diciptakan oleh diri kita sendiri dan menolong bagaimana memiliki identitas bebas rasa sakit dengan hidup sepenuhnya di masa sekarang. Tolle menekankan sebuah kesederhanaan pemahaman yang sering kali dilupakan, yakni hidup di masa sekarang adalah jalan yang paling benar menuju kebahagiaan dan pencerahan. Bukan di masa lalu atau masa depan. Oleh karena itu melalui bukunya, Eckhart Tolle mengingatkan kita bahwa setiap menit yang kita habiskan untuk mengkuatirkan masa depan atau menyesali masa lalu adalah satu menit yang hilang, karena yang benar-benar harus kita jalani adalah masa kini, sekarang. Melaluinya kita melalyu dan melanjutkan hidup setiap menit saat itu terjadi. Oleh sebab itu, perlu dipahami secara sadar bahwa kehidupan yang sedang dijalani adalah serangkaian peristiwa saat ini (now). Semua yang dirasakan, dipikirkan, dialami pada masa kini, sekarang. Masa lalu tidak lebih dari sebuah peristiwa masa kini yang telah berlalu sementara masa depan hanyalah bagian dari peristiwa yang segera akan datang.

Lebih jauh, Eckhart Tolle mengingatkan kita bahwa rasa sakit dalam diri timbul karena menolak hal-hal yang tidak dapat diubah. Saya lalu mengingat teori pemulihan diri akibat rasa sakit dan depresi yang dikemukakan oleh Elisabeth Kubler. Bagi Kubler, pemulihan terjadi ketika kita tidak menolak kenyataan, melainkan menerima (acceptance) sebagaimana adanya. Dalam nuansa menyambut karya-karya Tuhan untuk memulihkan. Melaluinya anugerah pemulihan Tuhan sungguh dialami. Hal itu terjadi saat ini (now). Bukan di masa lalu atau di masa depan.

Banyak orang, termasuk orang Kristen, tidak mengalami kebahagiaan atau damai sejahtera oleh karena masih terikat luka masa lalu dan kecemasan hari esok. Kita hidup, tetapi tidak di saat ini, sekarang ini, melainkan hidup dengan beban masa lalu dan ketakutan akan masa depan. Sekadar mengingatkan kita bahwa hidup adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan. Itulah mengapa kata ‘present’ dalam Bahasa Inggris tidak hanya diterjemahkan menjadi “masa kini/sekarang” tetapi juga “hadiah”. Bahasa teologisnya “Anugerah”. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk menigngat perkataan Yesus dalam Matius 6:34, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”.

Dengan Demikian, jangan hanya mengingat jargon “anak zaman now” atau segala sesuatu yang “zaman now” namun ingatlah juga The Power of Now. Kekuatan dari masa kini yang dipenuhi anugerah-Nya. Bahwa yang jauh lebih penting adalah menghidupi hidup di masa kini, saat ini. Bahwa masa kini mempunyai anugerahnya sendiri. Jangan biarkan pengalaman akan anugerah saat ini direnggut oleh hal-hal di masa lalu atau segala sesuatu di masa depan yang belum terjadi. Kata Eckhart Tolle, sadarilah secara mendalam bahwa masa kini adalah semua yang kita miliki. Jadikanlah saat ini (now) sebagai focus utama dari kehidupanmu.

Pdt. Semuel Akihary

 

 

Leave a Reply