Khotbah Kristen Matius 13: 1-23. Sepanjang tahun ini mungkin kita sudah sering mendengar firman di ibadah minggu, minimal 52-kali dalam setahun kita mendengar firman di gereja. Tetapi mengapa kita merasa firman tidak mengubah hidup? Sering kali kita mendengar, kok suami atau istri saya sudah ke gereja ngak ada perubahan? Masih memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk.
Mari kita buka Alkitab kita di Matius 13: 1-23. Perikop ini berbicara tentang perumpamaan tentang seorang penabur benih, perumpamaan ini merupakan perumpamaan yang sangat sederhana bagaimana sebuah benih itu jatuh ditanah yang berbeda dan memiliki hasil yang berbeda.
Kebenaran tentang berbuah identik dengan berubah atau perubahan hidup yang seringkali kita lihat sebagai buah dari seorang kristen yang bertumbuh di dalam Kristus. Seringkali kita tidak merasakan suami atau istri kita memiliki buah-buah Roh.
Sebuah tanaman yang ditanam ditanah yang baik, pasti berbuah, berbuah itu adalah sifat alamiah tanaman. Buah yang muncul itulah yang ditunggu dan membuat sukacita bagi si pemilik pohon. Pohon yang tidak berbuah sangat mengecewakan pemiliknya. Ingatkah anda sebuah kisah di Alkitab tentang pohon ara yang tidak berbuah? Pemilik kebun itu menghendaki agar pohon itu ditebang saja.
Perumpamaan tentang penabur benih yang sudah kita baca tadi memiliki arti bahwa benih itu adalah Firman Tuhan yang ditabur, dan tanah tempat benih itu jatuh adalah ibarat hati kita ketika menerima Firman Tuhan. Firman dan penabur yang sama tetapi hasilnya berbeda. Ternyata permasalahannya ada pada tanahnya.
Didalam perumpamaan ini, benih yang ditabur jatuh di tanah yang keras, tanah berbatu, dan tanah yang penuh semak belukar. Inilah yang menyebabkan Firman Tuhan tidak mengubah hidup.
-
Hati yang keras – Menolak Firman Tuhan
Matius 13:19, setiap orang yang mendengar firman tentang kerajaan sorga tetapi tidak mengertinya. Tidak berubah bukan karena firmannya, tetapi karena tidak mengerti, tidak memahami firman Tuhan.
Ketika firman disampaikan di dalam ibadah, firman itu tidak masuk, seringkali kita berfikir, “ah firman ini cocok banget buat istri saya atau suami saya,” ketika beribadah malah asik ngobrol atau bermain handphone.
Hanya mendengar khotbah setiap minggu, tetapi tidak mengerti apa suara Tuhan, merasa tak butuh firman. Tidak membiarkan Tuhan berbicara untuk hidup kita
Tipe orang seperti ini kemungkinan masih rajin ke gereja, mendengar firman setiap minggu tapi tidak mendengar suara Tuhan, menolak firman yang disampaikan, hatinya keras. Kita harus memiliki hati yang lembut, jangan keras hati ketika firman disampaikan.
-
Hati yang dangkal – Menerima firman namun tak berani bayar harga.
Matius 13:20-21, benih yang jatuh di tanah berbatu ialah orang yang ketika mendengar firman itu segera menerimanya dengan sukacita, tetapi ia tidak berakar.
Ketika firman diberitakan di dalam ibadah, ia sangat antusias, hatinya tergerak. Tetapi ketika berada diluar tempat ibadah, firman itu mendapatkan tantangan, ketika mengaplikasikan firman sangat sulit. Orang tipe ini tidak mau bayar harga untuk memperjuangkan firman itu.
Karena itu untuk tipe seperti ini perlu ada komunitas yang mendampingi, ketika terjadi penindasan atau penganiayaan karena firman itu, komunitas sel dapat saling menopang, saling mendukung. Sehingga benih itu dapat semakin berakar.
-
Hati yang penuh – Menerima firman namun tercekik urusan duniawi
Matius 13:22, yang ditabur di semak duri adalah orang yang mendengar firman, namun karena kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Orang tipe ini penuh dengan perkara-perkara duniawi. Semak belukar yang ganas, kekuatiran dunia, kesenangan duniawi, mengejar harta kekayaan. Hati yang penuh dengan urusan dunia membuat firman itu semakin terhimpit dan mati.
Segera kita harus membuang ketiga tipe tanah ini, Milikilah tanah yang baik, hati kita seringkali berubah-ubah. Kadang kita berfikir bahwa kita sudah memiliki hati seperti tanah yang baik, tetapi setelah kita merenungkan kembali, kita seperti memiliki hati ditanah yang berbatu, antusias ketika mendengar firman namun tidak mau melakukan firman.
Karena itu kita harus selidiki hati kita apakah kita sungguh-sungguh memiliki hati yang lembut dalam menerima Firman Tuhan. Biarlah benih itu semakin berakar di dalam hari kita dan berbuah lebat. Pohon yang baik dapat dilihat dari buahnya. [Pdt. David N. Purnomo – Khotbah Kristen]
Baca juga: Khotbah Kristen Ayub 20 | Ketika hidup terasa tidak sesuai harapan