Di-Galilea-Ku-Jumpa-Yesus2
Di-Galilea-Ku-Jumpa-Yesus2

Di Galilea Ku Jumpa Yesus

Di Galilea Ku Jumpa Yesus. Setelah menyelesaikan pendidikan stratum satu, saya melibatkan diri sebagai tenaga pengajar sukarela bagi anak-anak di rumah belajar Barombong, kota Makassar. Selain mengajarkan mata pelajaran umum dan pembinaan karakter, kami juga berupaya mengasah kreativitas mereka, misalnya dengan kegiatan menggambar. Terkadang saya mesem-mesem sendiri ketika mereka datang menunjukkan gambar mereka kepada saya sambil mempromosikannya sebagai gambar yang terbaik. Dimata orang dewasa mungkin gambar mereka biasa-biasa saja. Tapi bagi mereka sendiri, gambar yang mereka buat sungguh luar biasa indah. Saya pun turut mengapresiasi gambar mereka, sebagaimana mereka mengapresiasinya.

Saya kira demikian juga Allah memandang kita. Kita demikian berharga dimata-Nya, walaupun di mata tetangga kita dianggap biasa-biasa saja, bahkan mungkin dipandang sebagai manusia kelas dua. Penghayatan ini membawa saya lebih jauh merenung dari nats kitab suci.

Tatkala Yesus bangkit pada hari ketiga, secara kebetulan para perempuan datang berkunjung ke kubur-Nya. Para perempuan ini begitu setia mendampingi Yesus sampai akhir hayat-Nya, bahkan ketika para murid ketakutan dan bersembunyi. Oleh karena kasih dan kesetiaan mereka pada Yesus, mereka pun menjadi saksi pertama dari kebangkitan-Nya (ay.9). Bukan hanya itu, mereka pun menerima suatu amanat untuk pergi dan menyampaikan kabar kebangkitan Yesus kepada para murid. Menjadi saksi pertama dan pembawa pesan Allah adalah suatu kehormatan, bukan? Tapi yang mengherankan adalah bahwa para perempuanlah yang dipilih untuk mewartakan kebangkitan Yesus pertama kali kepada para murid. Bukankah dalam budaya waktu itu – yang patriarkis – kesaksian perempuan akan diragukan? Kesaksian perempuan dianggap lemah, tetapi mengapa Allah memilih perempuan sebagai yang pertama bersaksi?

Tentu saja fokus kita bukan kepada para perempuan tersebut, tetapi kepada Allah. Allah yang Mahakuasa tidak pernah kekurangan kuasa untuk memakai siapa saja – termasuk mereka yang diragukan dan dipandang lemah oleh lingkungan, keluarga, oleh tetangga, oleh teman-teman, oleh dunia. Adakah anda sedang merasa rendah diri sekarang? Merasa lemah, merasa tak berdaya, merasa bukan siapa-siapa dan tidak bisa jadi apa-apa? Percayalah bahwa Allah, Bapa kita yang Mahakuasa tidak pernah kurang kuasa untuk memakai kehidupan setiap umat-Nya – termasuk anda – untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Berbeda dengan mata tetangga anda, Allah memandang anda sebagai pribadi yang sungguh berharga.

Hal yang lain lagi yang sedikit mengundang tanya kita adalah, mengapa Yesus mau bertemu para murid di Galilea? Galilea itu second class. Daerah yang biasa-biasa saja. Mengapa tak di Yudea saja, daerah first class? Menengok kebelakang, tampaknya Yesus memang sering melayani di daerah Galilea, di daerah second class, dari pada di Yudea. Justru di daerah Yudealah, daerah first class, Dia disalibkan. Makna rohani yang setidaknya bisa kita ambil dari fakta ini adalah bahwa Yesus bisa dijumpai dimana saja, termasuk di tempat-tempat kelas dua, tempat yang biasa-biasa saja. Tak harus di gereja ber-AC dan berlantai dua. Juga tak harus di kapel berlantai marmer. Dia – Yesus kebangkitan – bersedia mau untuk bertemu murid-murid-Nya di Galilea, daerah kelas dua.

Di Galilea Ku Jumpa Yesus

Apakah yang menjadi ‘Galilea’ anda? Mungkin tempat pekerjaan, keluarga, tempat pelayanan, atau yang lainnya. Kita merasa keluaga kita biasa-biasa saja. Tidak spesial. Begitu juga tempat kerja kita. Tidak keren sama sekali. Atau tempat pelayanan kita, tak dipandang dan diapresiasi orang, tak digaji pula. Atau yang lainnya. Entahlah. Semuanya itu menjadi ‘daerah kelas dua’ bagi kita, baik berdasarkan penilaian kita sendiri atau pun penilaian orang lain. Tetapi percayalah, Yesus kebangkitan turut menyapa kita di tempat-tempat tersebut. Jadi, mari bersemangat, terus berjuang, tetap berdoa. Dan bersyukurlah. Dia mau memakai kita semua, anak-anak-Nya. Amin

Penulis: Fajar Gumelar

Leave a Reply