Renungan Yohanes 20: 14-16 (Berpaling kepada Sang Hidup). Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. (Yohanes 20:14-16)
Persekutuan Gereja-gereja Indonesia memilih tema “Berpaling kepada Sang Hidup” pada perayaan paskah tahun 2021 dengan nats terambil dari Injil Yohanes pasal 20:14-16 yang mengisahkan percakapan Yesus dengan Maria Magdalena sesaat setelah kebngkitan-Nya dari antara orang mati.
Umat Kristen secara khusus memaknai kebangkitan Yesus dari antara orang mati sebagai satu momen terbesar dalam perjalanan iman mereka, sebab misi kedatangan Kristus adalah hendak menebus dosa manusia dari kematian kekal melalui pengorbanannya di kayu salib tersebut.
Tidak dapat dipungkiri iman orang Kristen mendapat tantangan dari banyak pihakl. Salah satu yang paling terkenal adalah pandangan docetisme yang berasal dari bahasa Yunani dokein yang berarti “kelihatannya” atau “serupa”. Pandangan ini mengatakan bahwa Yesus Kristus yag tergantung di atas kayu salib itu adalah bukan Yesus Kristus atau hanya seseorang yang mirip dengan Yesus.
Mereka berpandangan bahwa pribadi Allah adalah ilahi sehingga tidak mungkin mati, dengan kata lain mereka tidak percaya inkarnasi fisik Allah.
Tetapi di dalam Alkitab, Yesus berulang kali dan dalam pelbagai kesempatan mengajar baik tersendiri ataupun dlaam kotbah terbuka kepada orang banyak mengatakan bahwa Anak Manusia harus menderita dan disalibkan untuk kemudian di bangkitakan
“Kamu tahu bahwa dua hari lagi Paskah tiba, dan Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.” (matius 26:2)
“Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit. “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya”.(Markus 9:30-31)
Yesus berterus terang bahwa Ia kan diserahkan kepada orang berdosa untuk kemudian dibunuh dan setelah tiga hari akan bangkit seperti perkataan-Nya sendiri.
Tentu ini bukan bunuh diri apalagi mati konyol. Dalam teologi Perjanjian Lama misalnya seluruh upaya penghapusan dosa selalu melibatkan darah sebab tanpa darah tidak ada penghapusan dosa. Hal tersebut merupakan simbolisasi bahwa mesti ada korban sempurna untuk menghapus dosa dunia ini.
Sebab hanya Allah yang sempurna dan yang bisa mati tetapi bisa bangkit kembali. Kebangkitan Yesus bukan untuk gagah-gagahan tetapi sebagai proklamasi atas kemenangan-Nya atas maut.
Maria Magdalena ketika dalam perikop di atas telah sampai pada suatu keadaan tanpa pengharapan. Maria putus asa, sendirian dan kebingungan. Yesus hadir dan memberi pengaharapan sejati kepada-Nya
Kebangkitan Yesus dari dunia orang mati memberi teladan kepada kita, di tengah-tengah suatu keadaan dunia yang penuh dengan masalah, air mata, kelaparan, pertikaian dan konflik seperti sekarang, Allah mau hadir dan melawat umatnya.
Percakapan yang terjadi di kubur Yesus tersebut menjadi sebuah fakta sejarah yang perlu untuk kita peringati tahun demi tahun.
Maria mendatangi kubur Yesus pagi-pagi sekali untuk melihat keadaan di sana, sayup-sayup ia seperti merasakan ada bayangan berdiri di belakannya, ia pun menoleh dan mendapati seseorang yang bertanya hal yang sama. Maria semakin bingung. Ia berkata kepada orang yang ia sangka pengurus makam itu dengan berkata yang sama yaitu tolong beritahu di mana mayat Yesus di letakan.
Mata Maria baru terbuka ketika orang itu menyebut namanya, dia sadar bahwa itu adalah Yesus sendiri.
Maria lekas-lekas berlari-lari hendak memeluk Yesus tetapi dicegah oleh-Nya. Hal ini menandakan bahwa Tuhan tidak hendak membiarkan Maria dalam keadaan yang sama ketika dulu bersama-sama dengan-Nya. Ia ingin agar Maria mengambil satu langkah yang radikal untuk kelaur dari zona nyamannya dan kembali pada panggilan awal Yesus yaitu pergi dan memberitakan kabar baik Kebangkitannya.
Maria Magdalena mengambil satu keputusan maha penting yaitu berpaling kepada Sang Hidup, ia mendapatkan kehidupan yang dicari oleh umat manusia yaitu Yesus Kristus yang bangkit dan hidup.
Pelajaran apa yang bisa umat Kristen pelajari dari kisah ini :
- Keadaan di dunia ini tidak pasti dan akan selalu begitu, sehingga kita sangat membutuhkan Sang Hidup- Yesus Kristus
- Yesus Kristus memberi teladan sejati tentang berkorban bagi kemanusiaan itu sendiri
- Hanya ketika kita berpaling kepada Sang Hidup, kita menemukan kebahagiaan sejati.
Selamat Paskah!
Penulis: Ayub Simanjuntak