Renungan-Keluaran-8-13-15-Dari-Relasi-Serigala–Bangau-Sampai-Relasi-Firaun–Allah
Renungan Keluaran 8: 13-15 | Dari Relasi Serigala–Bangau Sampai Relasi Firaun–Allah

Renungan Keluaran 8: 13-15 | Dari Relasi Serigala–Bangau Sampai Relasi Firaun–Allah. Seorang professor menceritakan kembali dongeng Aesop, demikian:

Relasi Serigala–Bangau

Konon, pada suatu hari, seekor Serigala yang sedang kelaparan menyantap dengan lahap hewan yang baru dibunuhnya. Karena lahap bersantap, ada tulang yang tertelan dan menyangkut di kerongkongannya. Ia berputar-putar ke sana ke mari dengan penuh kesakitan. Ia mengemis meminta pertolongan kepada hewan mana saja yang mau menolong. Tidak lupa ia menjanjikan hadiah apa saja yang akan diberikannya kepada hewan yang dapat menolongnya.

Akhirnya seekor Bangau memberikan pertolongan. Ia memasukkan paruhnya yang panjang ke dalam mulut Serigala yang terbuka lebar dan berhasil mengeluarkan tulang tersebut. Kata Bangau dengan penuh harap: “Manakah hadiahnya?” Kata Serigala dengan muka dan suara mengejek: “Anda telah memasukkan kepala anda ke dalam mulutku, lalu mengeluarkannya dengan aman. Saya sudah sangat rela tidak memangsa anda. Berpuas dirilah dengan kebaikan hatiku itu.”

Pesan Aesop melalui cerita ini adalah bahwa bagi sebagian manusia, ketamakan dan rasa berterima kasih tidak berjalan bergandengan tangan.

Adakah sosok yang anda ingat dari cerita Aesop tersebut? Mungkin tokoh politik yang beri janji manis saat kampanye dan melupakannya begitu saja saat terpilih. Atau yang lainnya. Bagaimana dengan kisah Firaun dalam kitab Keluaran? Sama persis, bukan? Setelah sekian lama hidup di tanah Mesir, bangsa Israel pun ditindas atas perintah dari Firaun – raja Mesir – yang tidak mengenal jasa-jasa Yusuf, seorang Israel, pada masa lalu. Kemudian, TUHAN mengutus Musa untuk menghadap Firaun dan menyuarakan pembebasan bagi bangsa Israel. Firaun pun menolak. Sampai akhirnya, tulah-tulah mulai diberikan Allah kepada Mesir, sebagai konsekuesi atas penolakan mereka terhadap perintah-Nya.

Dalam bacaan ini, dicatatkan bahwa Allah memberikan tulah yang kedua kepada Mesir, berupa katak. Katak-katak bermunculan dan memenuhi seluruh tanah Mesir (Keluaran 8:6). Ketidaknyamanan dan siksaan karena katak-katak itu membuat Firaun akhirnya bernegosiasi dengan Musa dan Harun – wakil Allah. Dia memohon keselamatan dari Tuhan bagi bangsanya dengan menjauhkan katak-katak itu. Tak lupa ia juga menyampaikan janji kepada Musa dan Harun bahwa ia akan membiarkan bangsa Israel pergi. TUHAN pun memberikan rahmat-Nya. Katak-katak yang memenuhi tanah Mesir itu mati dan orang-orang mengumpulkan bangkainya (ay. 13). Kelegaan pun dirasakan, tetapi Firaun justru tidak menepati janjinya. Dasar serigala! Mungkin dia menyamakan kuasa Allah dengan para ahli sihir di Mesir (bnd. ay. 7).

Relasi Firaun–Allah

Adapun relasi Firaun–Allah dalam narasi tulah yang kedua ini adalah sebagai berikut: Pertama, bahwa Firaun telah berdosa kepada Allah dengan menolak perintah-Nya. Kedua, Firaun dan bangsanya dihukum oleh Allah. Ketiga Firaun meminta pertolongan Allah. Keempat, Firaun dan rakyatnya dipulihkan, dengan tanggung jawab sosial yang harus mereka penuhi terhadap bangsa Israel, yaitu membebaskan mereka dari penindasan. Kelima, Firaun berkeras hati.

Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Mungkinkah kita juga seperti Firaun? Mari merenung lebih dalam tentang relasi. Pertama, kita semua telah berdosa kepada Tuhan (sejak manusia pertama). Kedua kita menerima penghukuman, yaitu maut. Ketiga, kita membutuhkan pertolongan dari Allah sendiri. Keempat, kita diselamatkan oleh Allah melalui Yesus Kristus, dan kita hidup menurut identitas baru dalam Yesus.

Sama seperti Firaun dan rakyat Mesir memiliki tanggung jawab sosial untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan mereka, demikian juga kita dalam identitas baru sebagai anak Allah memiliki tanggung jawab sosial bagi sesama kita yang juga tertindas. Adapun konteks penindasan yang dialami sesama kita di masa ini bermacam-macam: kebodohan, kemiskinan (kemiskinan struktural), kebobrokan moral, anti-sosial, ujaran kebencian, intoleran, dan lain sebagainya. Penindasan itu berasal baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Pertanyaan yang harus dijawab: apakah tindakan anda dalam fase yang ke lima? Apakah anda akan menutup mata dan berkeras hati seperti Firaun? Ataukah dengan tekun menghidupi identitas sebagai anak Allah. Allah Sang Pembebas, Sang Pelepas.

Mari mulai dengan hal-hal sederhana, dengan membiasakan postingan sosial media yang mengedukasi dan membangun, saring informasi sebelum sharing, dukung dan bantu anak-anak untuk belajar (sebisa anda), dan lain sebagainya. Dan, yang paling penting, bagikanlah berita Injil keselamatan. Selamat mengidupi identitas baru di dalam Yesus, terus maju, semakin kreatif dan adaptif dalam relasi kemasyarakatan dalam rangka menjalankan fungsi sebagai mitra Allah yang berdampak – Allah Sang Pembebas, Sang Pelepas.

 

Penulis: Fajar Gumelar

Baca Juga Artikel Lainnya....