Renungan Harian Matius 19: 1-12 | Status atau Pilihan? Saat menonton Spotlight, yang mendapat predikat film terbaik Oscar 2016, saya terpana. Bagaimana tidak, di film yang diangkat berdasarkan kisah nyata itu dibeberkan, di Boston, Amerika, tidak sedikit biarawan yang melakukan pelecehan seksual kepada anak-anak. Menonton film ini saya jadi teringat pada seseorang yang dulu bercita-cita menjadi biarawan. Dia menyatakan, status biarawan akan menyelamatkannya dari tudingan miring bila ia terlambat – atau pada akhirnya tidak – menikah. Di film itu, bahkan biarawan pun tetap “terselamatkan” dengan ketiadaan publikasi bila mereka melakukan hal yang memalukan.
Status atau Pilihan?
Ayat-ayat yang kita baca pada hari ini merupakan kisah Yesus ketika menanggap orang-orang Farisi yang menguji Dia dengan pertanyaan tentang perceraian. Dalam jawaban-Nya, Yesus memberikan standar lebih tinggi daripada hukum Musa, bahwa seorang suami boleh menceraikan istrinya bila istrinya berzinah (ayat 7-9). Dan jawaban itu ditutup degan nas yang kita baca hari ini, bahwa ada orang yang hidup sendiri karena, salah satunya, demi Kerajaan Sorga. Begitu mulia tentunya orang yang terpanggil – lalu berstatus – demikian.
SAUDARA, status sosial tak jarang menjadi “tempat berlindung” yang aman untuk beberapa orang. Biarawan, guru, dokter – apa kesan kita mendengarnya? Kurang lebih sama: baik, mulia, dan seterusnya. Memang selalu ada orang-orang dengan status-status itu yang berbuat luhur bagi sesamanya. Nah, berbahagialah Anda yang tak menyandang status-status itu, tapi tetap memiih menjadi panutan bagi sekeliling Anda. (sdk) (Renungan Harian Matius 19: 1-12 | Status atau Pilihan?)
baca juga: Renungan Harian Yosua 14: 6-15 | Meski Tua, Tetap Berprestasi