Renungan Harian Habakuk 3: 17-19. Setahun sudah Weni kecewa karena kegagalannya tidak diterima di PTN. Belum lagi rasa kecewanya hilang, adiknya pun mengalami kegagalan yang sama. Adiknya tidak lulus UMPTN. Padahal, adiknya ini lebih gigih dalam belajar, dia juga aktif banget pelayanan, bahkan berdoa dan puasa. Tapi kenapa kok gagal ya? Padahal dia juga pintar loh. Yang membuat Weni nggak habis pikir adalah sikap adiknya yang tampak tenang dan tetap bersukacita. Padahal dia itu gagal, tapi kok nggak sedih ya…
Lalu Weni bertanya pada adiknya, mengapa ia kok nggak nampak kecewa? Ternyata adiknya juga kecewa, tapi adiknya tidak mau larut dalam kekecewaan. Ia sudah siap menghadapi kegagalan.
Rupanya sebelum pengumuman, adiknya sudah berdoa dan Tuhan tidak mengatakan apa-apa selain memberikan damai sejahtera. Luar biasa kan…
Mungkin saat ini kita sedang menghadapi masa-masa yang paling buruk dalam kehidupan kita. Mungkin tak pernah terpikirkan oleh kita bahwa kita akan menghadapi masa yang sulit dimana kita sudah tidak mampu lagi berteriak, menjerit bahkan berdoa. Mungkin kita hanya mengeluh dan bertanya pada Tuhan, mengapa Tuhan izinkan hal ini terjadi. Apakah Ia telah lupa pada janji-janjiNya? Ingat, Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup tanpa masalah. Ia berjanji pada kita untuk memberikan kekuatan saat pencobaan datang. Ia berjanji akan selalu bersama kita. Jadi tidak ada alasan bagi Allah untuk ingkar janji. Apa yang diucapkan-Nya itu juga yang sedang dilakukan-Nya. Ia bukanlah manusia yang tak bisa menepati janji karena faktor keterbatasan.
Memang Allah tidak menjanjikan adik Weni diterima di perguruan tinggi negeri, tapi Allah berjanji akan menemaninya untuk menghadapi hari-hari yang paling sulit. Namun ingatlah bahwa Allah kita adalah Allah Imanuel yang selalu menyertai, menghibur dan memberikan pengharapan baru. [RJW – Renungan Rohani]