Taat dalam Pencobaan. Pernahkah anda membayangkan berada di sebuah padang gurun yang amat luas? Sepanjang mata memandang hanya hamparan pasir yang terlihat yang terkadang ditingkahi dengan fatamorgana seolah kita melihat pemandangan sebuah oase dengan pohon-pohon korma di sekelilingnya, padahal ketika didekati semua pemandangan awal itu tidak nyata alias tipuan pandangan. Di padang pasir yang luas itu tidak ada keramaian orang-orang yang berlalu lalang, hanya ada kesunyian yang ditingkahi dengan teriknya panas matahari dan dinginnya malam, disertai desiran angin yang membawa debu pasir dan badai gurun yang siap menerjang setiap saat.
Setelah selesai dibaptis di sungai Yordan, Yesus dibawa Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis, dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam akhirnya laparlah Yesus. Setelah selesai, Ia dicobai oleh Iblis.
Taat dalam Pencobaan
Pencobaan pertama dimulai dengan hal yang mendasar yaitu rasa lapar. Iblis menunjukkan batu-batu katanya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Umat Israel pernah mengalami kelaparan di padang gurun, mereka menjadi tidak sabar dan bersungut-sungut seolah Allah tidak memerhatikan mereka (Kel.16:2-3). Tidaklah demikian dengan Yesus, Ia justru berkata: “Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Disini Yesus menegaskan bahwa kesabaran harus dimiliki oleh setiap umat percaya karena firman Tuhan mampu memberi kesehatan kepada manusia, tidak terbatas hanya roti saja.
Pencobaan kedua, iblis membawa Yesus ke kota suci Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah yang merupakan bangunan paling luas dan paling tinggi waktu itu. Lalu iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Bilamana Yesus benar-benar menjatuhkan diri ke bawah dengan selamat, ini pasti akan menjadi berita yang sangat sensasional. Tetapi Yesus menolak ajakan iblis untuk melakukan hal seperti itu dan berkata: “Adapula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Pencobaan ketiga, iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangan tinggi, dan
memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya dan berkata kepadaNya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu jika Engkau sujud menyembah aku.” Yesus tidak ingin berkompromi dengan menjadikan iblis sebagai padanan Allah karena Allah adalah sang Pencipta alam semesta dan seluruh isinya, tidak dapat dipadankan dengan apapun dan siapapun di dunia ini. Yesus tidak ingin terus menerus berada dalam pencobaan iblis maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Taat dalam Pencobaan
Dari tiga pencobaan yang dialami Yesus di padang gurun, kita dapat belajar bahwa umat percaya perlu memiliki: kesabaran, kerendahan-hati, dan ketaatan hanya kepada Allah. Hidup kita juga tidak lepas dari “aedama” (tanah) yang merupakan simbol kefanaan, kerapuhan dan kelemahan, bahkan keberdosaan terhadap sang Pencipta. Keberdosaan ini dapat merusak kesejahteraan hidup bersama Tuhan dan sesama kita, bahkan dengan diri sendiri. Memang kita tidak sempurna. Dosa sering mengintip kita melalui ke tiga hal tersebut. Karena itu, dalam memasuki minggu PraPaskah I ini, kita diingatkan kembali untuk meneladani karakter Yesus yang sabar, rendah hati, dan taat dalam memahami serta menjalankan firman-Nya dengan setia dan benar. Selamat menjalani masa PraPaskah. (IKS)
Sumber: GKI Kota Wisata (www.gkikotawisata.org)
Baca juga: Bahan Cerita Sekolah Minggu Matius 4:1-11 | Pencobaan di Padang Gurun