Renungan Harian Remaja Matius 19:16-26. Desember lalu anak-anak yang ada di sekolah saya merayakan Natal bersama. Maka panitia yang telah dibentuk mulai mengedarkan list untuk menghimpun dana dari para partisipan. Besarnya sumbangan yang diberikan untuk mensukseskan acara ini sangat variatif, dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 50.000.
Namun ada satu siswa yang sangat menarik perhatian saya mengenai besar sumbangan yang diberikannya. Dengan penuh percaya diri ia menulis namanya dengan huruf kapital yang diperbesar dan dipertebal, bahkan tanda tangan yang ekstra size pula, dengan jumlah sumbangan sebesar Rp 1.000. Wow! Sejenak mata saya terbelalak karena terkejut. Saya tahu persis kalau ia bukan dari keluarga kurang mampu. Hand phonenya aja model terbaru, bahkan motornya baru ganti seminggu sebelum acara Natal. Dia juga cukup fashionable dan trendy. Tapi kenapa ia memberi sumbangan cuma Rp 1.000, ya?!?
Untuk Tuhan
Rekan muda, terkadang dalam berbuat sesuatu yang berkaitan dengan memberi, kita kurang peka dan tidak mengerti kalau sesungguhnya kita berbuat sesuatu itu untuk Tuhan. Kita hanya melihat apa yang dapat dilihat dengan mata jasmani kita. Kita tidak pernah berpikir bahwa semua yang kita miliki hanya bersifat sementara dan Tuhan mempunyai kuasa untuk mengambil kembali apa yang ada pada kita. Segala yang kita miliki bersifat fana, tiada yang abadi. Yang abadi adalah harta kita di sorga, tatkala kita melakukan segala kehendak Allah, kita sedang mengumpulkan harta kita yang abadi di sorga.
Rekan muda, ketika kita berdoa meminta berkat atau sesuatu kepada Tuhan dan Tuhan menjawabnya, kenapa kok kita seringkali menjadi lupa akan Sumber kita? Di saat kita harus berbuat sesuatu, entah itu memberi pinjaman atau memberi bantuan pada orang lain, kenapa kita harus menahan berkat yang Tuhan sudah percayakan kepada kita untuk orang lain? Janganlah kita menahan-nahan berkat dari Tuhan, tetapi lakukanlah segala sesuatu seperti kita melakukannya kepada Tuhan. (AML – Renungan Harian Remaja Matius 19:16-26)