Renungan Harian Ratapan 3: 22-26 | Ular, Alkitab, dan Aku. Tiap pagi pada musim panas itu hanya ada aku, Alkitab, dan seekor ular. Aku telah terbang sejauh 457 kilometer melintasi negeri untuk bekerja dalam program “perkemahan musim panas”. Meskipun itu adalah tempat yang luar biasa, aku tidak bisa mengusir perasaan kesepianku. Dari tampak luar, aku memang sudah seperti tipikal konselor perkemahan – rambut berbau kaporit, kulit kaki mengkolap oleh terpaan cahaya matahari saat suhu mencapai 40,5 °C, menebarkan senyuman sejak matahari terbit hingga matahari terbenam. Tetapi sebenarnya, aku sangat ingin sekali pulang ke rumah.
Namun demikian, saat aku merasa sangat hampa, Allah memberkatiku lewat selembar kertas yang diberikan seseorang kepadaku sesaat sebelum aku tiba: daftar 100 ayat Alkitab untuk dihafalkan.
Tiap subuh sebelum para peserta bangun, aku akan berhati-hati menghindari armadillo (jenis hewan pemakan serangga) sambil melompat dari teras, dan selalu mencari tempat yang sama di tepi danau. Aku akan membuka daftar ayat tadi, menyambut seekor ular yang telah bergelayut pada batu di seberangku, dan membuka Alkitab. Aku tidak pernah memiliki waktu yang lebih damai dan lebih khusyuk bersama Allah. Sejak saat itu, ayat-ayat tersebut sering muncul di benakku; melegakanku dari kecemasan, menahanku dari godaan, membimbingku menemukan solusi, mengingatkanku untuk berdoa. Mengingat kembali saat-saat bersama dengan Allah telah menjadi pengingat yang terus-menerus memberi kedamaian yang hanya bisa disediakan oleh Allah. (Melissa Ferguson)
baca juga: Renungan Harian Yesaya 9: 6 | Raja Damai Memerintah