Renungan Harian Mazmur 61 | Tuhan, Tolong. John (sebut saja demikian) bercerita bagaimana ia tidak sanggup menahan kesedihannya. Ia telah menikah selama 2 tahun dan hal yang membuat ia dan isterinya stres adalah ketika orang-orang, khususnya keluarga besar mereka bertanya, “Kapan punya anak?”
Biasanya yang mengalami stres tentang hal ini adalah wanita. Tetapi John, yang sama-sama pelayanan dengan saya, curhat bagaimana hal ini sangat mengganggunya. Selain ia marah, ia juga sedih. Ia marah karena orang lan tidak mau tahu perasaan isterinya yang merasa kecil hati ketika ditanya ‘kapan punya anak’. Yang membuat ia sedih adalah, tiap bulan mereka merasa mendapatkan ‘harapan’ akan mendapatkan anak. Ketika sang isteri telat haid 2 hari, mereka melakukan testpack dan 100% percaya diri hamil, ternyata tidak.
Selama 2 tahun mereka berkutat dengan ‘harapan palsu’ hanya karena telat haid. Entah sudah berapa ratus testpack yang mereka beli. Dan setiap hasilnya negatif, itu menjadi pukulan keras untuk mereka berdua. Saya bisa melihat bagaimana John begitu sedih, karena ketika ia bercerita kepada saya, ia sendiri menangis. Bagi saya, ketika pria sampai menangis, maka ia benar-benar sangat sedih.
Tuhan, Tolong
SAUDARA, ketika kesedihan kita berada pada titik yang paling mendasar, maka satu-satunya hal yang bisa kita akukan adalah sujud di bawah kaki Tuhan dn memohon penghiburan dan kekuatan yang dari pada-Nya. Apalagi yang bisa kita lakukan selain berdoa dan menenangkan diri di dalam Dia? Saya berkali-kali mengalami hal yang bagi saya di luar kemampuan saya untuk menahan rasa sakit. Tetapi, di saat saya datang kepada Tuhan, Ia menguatkan saya dan hanya itu yang dapat saya lakukan. Hanya Tuhan saja yang mampu menuntun kita melalui jalan-jalan yang sulit untuk kita lalui. (vlo) (Renungan Harian Mazmur 61 | Tuhan, Tolong)
Baca juga: Renungan Harian Mazmur 32 | Jangan Ada Yang Tersembunyi