Renungan Harian Matius 2: 1-12 (The Real Gift). Dalam tradisi kekristenan masa kini, hari Natal selalu identik dengan hadiah. Di hari Natal orang biasa bertukar kado dengan kerabat, sahabat, pacar, atau orang orang terdekat. Kenapa Natal bisa identik dengan hadiah? Karena Alkitab pun banyak menulis kaitan antara Natal dengan hadiah. Kelahiran Yesus sendiri merupakan hadiah yang Bapa berikan untuk umat manusia. Yesus adalah hadiah yang sebenarnya dari momen Natal yang kita rayakan setiap tahunnya. Hadiah itu berupa keselamatan kekal melalui pengorbanan di atas kayu salib bagi umat manusia.
Peristiwa Natal pertama juga mencatat hadiah-hadiah yang dibawa oleh orang Majus. Mereka datang dari tempat yang amat jauh dan tentunya butuh perjuangan serta usaha yang nggak mudah untuk bisa menjumpai Yesus. Waktu, tenaga dan usaha tak kenal lelah yang mereka berikan bisa dibilang sebagai hadiah yang istimewa. Mereka juga memberikan hadiah berupa penyembahan dan penghormatan yang terlihat ketika mereka bersujud menyembah Bayi Yesus. Mereka memberikan hadiah dari harta yang mereka miliki berupa emas, kemenyan dan mur. Mereka juga memberikan hadiah berupa ketaatan yang terlihat ketika mereka menuruti perkataan malaikat utusan Tuhan untuk kembali ke negeri mereka melalui jalur yang berbeda.
The Real Gift
Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tapi kita nggak mau berpikir apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan bagi-Nya. Lantas apa hadiah yang sebenarnya bisa kita berikan kepada-Nya? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Of course not! Semua itu nggak ada artinya buat Tuhan. Yesus nggak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya cuma satu, yaitu hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, mau percaya kepada-Nya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihi-Nya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih, yang siap menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya. Juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Masukilah Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan pada kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tapi didasari oleh kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus kepada sesama. • Vian