Renungan Harian Lukas 20: 45-47 | Ukuran Kesalehan. Ketika budaya disangkutpautkan dengan teologis, maka muncul anggapan bahwa pakaian tertentu menunjukkan identitas suatu agam. Orang yang mengenakan pakaian tersebut tak jarang dianggap lebih saleh daripada mereka yang tidak menggunakannya. Contohnya, pemakaian cadar. Dilihat dari sejarahnya, cadar bukanlah pakaian yang harus dikenakan oleh perempuan dari agama tertentu. Faktanya, perempuan Yahudi Heredi di Israel juga memakai cadar mirip burqa, yang disebut “Nesot HaSalem” atau “peerempuan yang memakai syal”.
Berbicara soal kesalehan, yang terkadang digambarkan dengan mengenakan pakaian tertentu, sejatinya kesalehan tidak dapat diukur dari penampilan lahiriah saja. Sikap hati dan perbuatan di hadapan Tuhanlah yang menentukannya karena Tuhan dapat melihat sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Berdasarkan sikap hati dan perbuatan itulah Tuhan menimbang kesalehan manusia. Itu sebabnya Yesus memperingatkan para murid-Nya agar mewaspadai para ahli Taurat. Para pemuka agama yahudi ini secara lahiriah berupaya menampilkan citra diri sebagai pribadi yang saleh, meskipun kehidupan mereka sesungguhnya berbeda. Allah adalah pribadi yang Mahatahu sehingga tidak dapat dikelabui manusia dengan penampilan lahirian sebaik apa pun.
Penampilan lahiriah memang dapat mengelabui banyak orang, tetapi Tuhan tak pernah dapat ditipu. Untuk itu, mari belajar bersikap jujur dan apa adanya dalam menjalani hidup ini, baik di hadapan sesama manusia dan tertama di hadapan Tuhan. Jalanilah hidup ini dengan tulus dan jujur, juga carilah perkenanan dari Allah melebihi niat untuk mencari pujian semu dari manusia seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya pada malam ini. (aks)
baca juga: Khotbah Kristen Lukas 13: 1-5 | Berbuah, Di Dalam Anugerah