Renungan Harian Lukas 18: 9-14 | Sikap Hati Ketika Berdoa. Jika kita perhatikan setiap orang kristiani memiliki cara berdoa yang berbeda-beda. Ada yang mengawali doanya dengan narasi yang cukup panjang, ada pula yang to the point, doanya langsung mengarah ke inti dari hal yang ingin didoakan. Namun, tak jarang pula ada cara doa yang terkesan bertele-tele karena semua hal ingin didoakan. Misalnya, berdoa sebelum makan, tetapi isi doa sangat melebar mulai dari mendoakan orang lain hingga mendoakan bangsa dan Negara. Alhasil, doa sebelum makan pun tak ubahnya menjadi seperti doa syafaat.
Bagaimanapun gaya berdoa seseorang tidak masalah selama doa yang dilantunkan dengan sungguh-sungguh dan tulus, bukan dengan maksud ingin pamer seperti dilakukan oleh orang Farisi dalam renungan kita malam ini. Sebagus apa pun isi doa-doa kita sebenarnya akan sia-sia apabila tidak berkenan keapda Tuhan. Yesus membandingkan antara doa orang Farisi yang penuh kecongkakan dan doa dari seorang pemungut cukai yang penuh kerendahhatian, karena ia merasa tak layak. Walaupun si pemungut cukai merupakan pribadi yang sering dianggap berdosa, Yesus berkata tentang dirinya,” Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak” (ay.14). artinya, doa dari pemungut cukai tersebut berkanan kepada Allah karena bersumber dari iman dan kerendahhatian di hadapan-Nya.
Malam ini, kita diingatkan bahwa doa merupakan ungkapan dari keyakinan kita tentang tidak terbatasnya kasih dan kuasa Tuhan. Maka dari itu, hendaknya setiap kali berdoa, kita melakukannya dengan sikap rendah hati di hadapan Tuhan, agar doa-doa kita berkenan di hadapan-Nya. Jika Tuhan berkenan, maka ia pun akan mendengarkan doa-doa yang kita sampaikan. (aks)
baca juga: Renungan Harian Ibrani 12: 28b-29 | Sikap Hati yang Benar