Galatia 2 : 20 (TB) Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan dirinya untuk aku.
Kita semua manusia yang hidup di dunia ini, adalah ciptaan Tuhan yang berharga yang diberikan mata untuk melihat, hidung untuk menghela nafas, otak untuk berpikir, tangan untuk melakuakan pekerjaan dan kaki untuk melangkah. Hidup kita ini juga terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh terdiri atas kulit dan daging, jiwa terdiri atas emosi kehendak bebas perasaan dan pikiran, roh itu sendiri adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah kepada manusia agar bisa hidup dan bergerak. Di dalam diri kita ada kehendak bebs yang diberkan oleh Tuhan, sehingga kita dapat menentukan pilihan untuk hidup kita sendiri.
Hidupku Bukannya Aku Lagi
Jika kita masih menganggap atau merasa bahwa hidup kita adalah milik Kristus, maka pada saat Tuhan Yesus meminta kita menyerahkan seluruh hidup kita untuk sungguh-sungguh hidup dalam kebenaran, melepaskan apa yang menurut kita nyaman untuk dijalani dan sulit untuk kita lepaskan, melepaskan apa yang menjadi kesenangan dan kesayangan kita serta semua yang berharga dari hidup kita, maka kita akan mudah menyerahkan semuanya karena kita telah merasa bahwa hidup kita bukan lagi milik kita, tapi milik Tuhan Yesus.
Sama seperti jika kita meminjam suatu barang dari orang lain, maka jika orang yang meminjamkan barang tersebut meminta miliknya kembali, sudah pasti kita akan dengan mudah member kembali apa yang menjadi miliknya, karena kita memang bukan pemilik barang tersebut. sangat beda bila barang itu adalah milik kita, apalagi jika barang tersebut sangat berharga bagi kita, maka kita pasti akan agak sulit untuk memberikannya kepada orang lain, karena itu adalah milik kita.
Itulah yang terjadi bila kita merasa atau menganggap bahwa sesuatu yang berharga itu adalah milik kita dan kita sebagai pemiliknya, lain halnya jika barang yang berharga itu adalah milik orang lain, maka kita yang tidak merasa sebagai pemilik barang tersebut akan dengan mudah memberikan barang itu kepada pemilinya.
Hal yang sama dengan itu, terjadi dalam hidup kita dengan Tuhan, jika kita masih merasa bahkan menganggap bahwa hidup kita ini adalah milik kita sendiri, maka ketika Tuhan meminta kita untuk menyerahkan hidup kita dan melepaskan kesengan dan zona nyaman kita serta hidup sungguh-sungguh untuk Tuhan maka kita akan merasa sulit untuk melakukan semua itu, bahkan kita tawar-menawar dengan Tuhan untuk melakukan itu semua, karena kita masih merasa bahwa hidup kita adalah milik kita sendiri.
Tapi sebaliknya jika kita sudah merasa dan menganggap bahwa hidup kita adalah milik Tuhan sepenuhnya, dan Dia sebagai pemilik hidup kita satu-satunya, maka kita akan dengan mudah menyerahkan kembali sesuatu yang paling berharga dari hidup kita kepada pemiliknya, karena kita bukan lagi pemilik hidup kita, maka dari itu ketika Tuhan meminta kita untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan dan melepaskan segala hal yang kita senangi atau sayangi, bahkan mungkin yang sangat berharga dan sulit kita lepaskan sekalipun, tapi itu dengan mudah kita lepaskan dan mengembalikan diri kepada pemilik hidup kita yang sesungguhnya, karena kita tidak menganggap atau merasa bahwa hidup kita adalah milik kita sendiri tapi sepenuhnya milik Tuhan Yesus.
Selain kita mampu melepaskan kesenangan dan sesuatu yang berharga dari hidup kita, jika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan dan menganggap bahwa hidup kita bukan milik kita lagi, maka kita akan dimampukan oleh Tuhan untuk hidup bukan bagi diri kita sendiri saja, tetapi juga untuk orang lain, kita juga lebih bisa mengasihi orang lain dan tidak lagi egois dengan mengasihi diri kita sendiri, tidak lagi mementing diri sendiri tapi juga orang lain, mulai bisa melayani orang lain dan mengampuni bahkan melupakan semua kesalahan orang lain. Dan itu semua bisa kita lakukan karena kita dituntun untuk bergerak dan melakukan sesuatu yang baik sesuai dengan kehendak sang pemilik hidup kita.
Lagipula jika kita adalah pemilik suatu barang, pasti kita akan selalu menjaga barang itu supaya tetap dalam keadaan baik, tidak rusak atau diambil orang lain, apalagi jika barang yang kita miliki adalah barang yang sangat berharga dan mahal harganya, maka sudah pasti kita akan menjaganya dengan baik, hal yang sama pula dilakukan oleh Tuhan kepada kita jika Dia adalah pemilik hidup kita dan kita mau menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, maka Tuhan pasti akan menjaga hidup kita dengan baik agar tetap dalam keadaan baik meskipun banyak masalah, tidak dirusak oleh rancangan dan tipu daya iblis, memberikan damai sejahtera yang asli dan bukan damai yang imitasi yang bersifat sementara dan biasa ditawarkan oleh dunia dan pastinya juga kita akan dibwa oleh Tuhan masuk ke dalam rencana-Nya yang paling terbaik meskipun itu bukan rencana dan keinginan kita,
Ini yang disadari oleh rasul Paulus sehingga berani mengatakan bahwa hidupnya bukan miliknya lagi sehingga ia rela meninggalkan semua yang terbaik dari dirinya demi mengikuti kehendak Tuhan Yesus, bahkan dalam satu ayat rasul Paulus berani mengatkan bahwa mati demi Kristus adalah suatu keuntungan baginya, dan semua yang diperoleh dianggapnya seperti sampah karena pengenalan akan Kristus Yesus.
Semua memang tergantung pilihan dan keputusan kita, karena Tuhan tidak pernah memaksa kita dan memberikan kehendak bebas kepada kita, jadi semua kembali kepada kita, apakah kita masih mau melakukan semua kesenangan kita yang jahat karena masih menganggap bahwa hidup ini adalah milik kita sendiri dan untuk bersenang-senang atau kita merasa bahwa hidup ini bukan milik kita lagi karena sudah dibeli oleh Tuhan dan dibayar lunas dengan darah mahal yang tertumpah diatas kayu salib dan sekarang kita mau menjadi Tuhan Yesus sebagai pemilik hidup kita, sehingga ketika Tuhan Yesus meminta kita menyerahkan hidup kita untuk Dia maka kita dengan mudah mengembalikan hidup kita kepada-Nya dan dibawa-Nya masuk ke dalam rencana-Nya yang terbaik, itu pun kembali kepada pilihan dan keputusan kita.
Penulis : Noersetialan Natakusuma