Renungan Harian Kejadian 29 | Haruskah? Kalimat tabur tuai ini kerap kali saya dengarkan. Tapi sayangnya, ayat ini atau kalimat tabur tuai seringkali digunakan untuk mengungkapkan amarah. Beberapa waktu lalu, salah satu aparat pemerintah ditangkap KPK karena kasus korupsi. Mendengar berita ditangkapnya pria ini, sepupunya berkata, “Kapok! Itu namanya tabur tuai. Makanya jangan jahat-jahat sama keluarga sendiri.” Haruskah kata-kata atau ayat tabur tuai ini digunakan kepada semua orang yang mengalami masalah?
Ketika Yakub berbuat curang dengan menipu kakaknya, Esau, maka hal yang sama yang ia alami ketika Laban, pamannya dan juga menjadi mertuanya, menipunya, bahkan berkali-kali. Apakah kita juga harus mengatakan kepada Yakub, “Kapok! Makanya menipu saudara sendiri?”
Haruskah?
SAUDARA, hukum tabur tuai memang akan selalu ada, tetapi kita tak perlu memposisikan diri seperti Tuhan dan menyatakan bahwa apa yang dialami orang tersebut adalah karma, atau hal yang harus ia tuai karena perbuatan yang ia perbuat, yang harus kita lakukan adalah berdoa dan memberkati orang tersebut. Kalau memang tidak mau mendoakannya yah jangan berbuat dosa menghakimi apa yang sedang ia alami.
Jika Tuhan meluaskan masalah terjadi, misalnya seperti yang dialami Yakub, maka Tuhan pasti punya rencana bukan karena Tuhan hendak membalas apa yang sudah Yakub perbuat sebelumnya. Pertama, Tuhan mungkin ingin mengajari Yakub bahwa ditipu itu tidak enak. Tak perlu merasa beruntung jika berhasil menipu seseorang. Kedua, Tuhan mengajar Yakub, terkadang apa yang kita inginkan, tidak seketika bisa kita dapatkan. Butuh usaha dan terkadang dalam proses itu. Tabur tuai bukan hal yang ‘harus’ terjadi karena setiap masalah yang sedang kita hadapi. (vlo) (Renungan Harian Kejadian 29 | Haruskah?)
Baca juga: Khotbah Kristen Yohanes 3: 22-30 | Ia Harus Makin Besar