Renungan Harian Amsal 3: 1-12 . Mengapa istilah “kasih” serta “setia” dihubungkan dengan kata “dan”? (ay. 3). Mengapa kita diminta untuk percaya kepad a Tuhan? (ay. 5-7)
Buah Ketekunan
Subrahmanyan Chandrasekhar adalah seorang profesor yang mengajar di Chicago University bidang astrofisika. Dua kali seminggu, ia harus menempuh jarak kurang lebih 100 mil dari tempat tinggalnya di Wisconsin menuju Chicago. Selain jarak berbahaya, pada musim dingin. Ironisnya lagi, hanya dua mahasiswa yang mendaftar untuk mata kuliah tersebut. Sugguhpun demikian, ia tetap setia mengajar. Sepuluh tahun kemudia, kedua mahasiswa itu, Chen-Ning Yang dan Tsung-Dao Lee menerima hadiah Nobel dalam bidang fisika. Dr. Chandrasekhar pun mendapatkan penghargaan yang sama pada 1983.
Kasih dan setia (ayat 3). Walau kedua kata ini terpisah namun sesungguhnya berkaitan erat. Kasih tanpa kesetiaan hanyalah fatamorgana, indah tapi tidak nyata dan mudah menghilang. Sebaliknya, kesetiaan tanpa kasih adalah kewajiban-kewajiban. Tuhan meminta agar kita mengalungkan kasih dan setia di leher kita. Sebagai Bapa, Ia penuh kasih dan setia, itu sebabnya Ia mengharapkan kita merasa bahwa kita sudah kehabisan alasan untuk tetap mengasihi dan setia, namun ingatlah, kasih dan setia justru tampak jelas tatkala memang tidak ada lagi alasan untuk mengasihi dan setia. Kerap kali yang tersisa hanyalah satu alasan, yakni demi Tuhan (ayat 5-7). Maka, demi Tuhan, lakukanlah!
Sudahkah kita berkalungkan kasih dan setia kepada suami, istri, anak, dan orang di sekitar kita?