Renungan Harian Amsal 2. Bagaimana sikap orang percaya terhadap hikmat? (ay. 1-4) Dan apa berkatnya? (ay. 5)
Sikap Terhadap Hikmat
Serentetan petunjuk mengenai sikap yang benar terhadap hikmat dipaparkan penulis dari ayat 1 sampai 4 seperti yang ditunjukan pada kerjanya: menerima perkataan, menyimpan perintah, memperhatikan hikmat, mencenderungkan hati pada kepandaian, berseru kepada pengertian, dan mencari serta mengejar harta terpendam. Mencermati semua sikap ini, kita belajar bahwa untuk memperoleh hikmat, harus ada usaha yang serius, tidak mengenal lelah, bersemangat, jauh dari putus asa dan terbuka untuk dipimpin oleh hikmat.
Mencari hikmat melibatkan pikiran, indera, hati, dan kemauan. Sikap ini dimiliki oleh orang yang tahu dan yakin bahwa hikmat yang didasari takut akan Tuhan adalah hikmat yang berharga bagi hidupnya. Karena hikmat bersumber pada Allah, maka kita perlu menyediakan waktu untuk mendengar firman-Nya dan teratur dan sungguh-sungguh. Kita perlu membuka hati dan pikiran kita mempelajari firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam doa dan persekutuan pribadi, dan melakukan firman Tuhan setiap hari.
Berkat dari sikap yang berhikmat. Jalan hidup orang yang berhikmat jauh berbeda dengan orang yang tidak memiliki hikmat. Hikmat akan menuntun, sehingga kita tidak berjalan di jalan jahat; hikmat akan menguatkan sehingga kita tidak tergoda perempuan jalang. Dengan hikmat pula kita akan hidup bermoral tinggi dan luhur, dan yang terutama kita akan memiliki pengenalan akan Tuhan.
Berkomitmenlah setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan lewat doa, saat teduh, dan melakukan Firman Tuhan. Dengan demikian jelas ada perbedaan antara orang yang takut akan Tuhan dan yang tidak.