Renungan 1 Raja-raja 3: 1-12 (Mintalah Hikmat). Dua teori Sigmund Freud tentang mimpi adalah 1) pemadatan terjadi karena banyaknya memori masa lalu dan sekarang di alam bawah sadar sehingga saling tumpang tindih dan sulit ditafsirkan, 2) pemindahan terjadi karena esensi setiap mimpi tidak terletak pada gambaran yang terlihat tetapi proyeksi tentang sesuatu hal. Misal, jika mimpi dikejar hantu, sesungguhnya kita tidak benar-benar dikejar tetapi kehilangan dompet kita. Teorinya ini membuka pemahaman baru karena sejak dulu mimpi selalu diasosiasikan dengan perkara mistis.
Mintalah Hikmat
Meski Freud sudah membuka pemahaman baru, ketika Salomo bermimpi, pemahaman tradisional tersebut masih berlaku. Setelah Salomo menyenakan Tuhan dengan 1000 kurban bakaran, melalui mimpi Salomo, Allah berfirman “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu”. Ia meminta hikmat karena selain masih sangat muda dan belum berpengalaman, ia diangkat menjadi raja yang menguasai rakyat. Dengan hikmat, ia bisa mengelola kerjaan dan memerintah rakyatnya dengan baik. Allah berkenan dengan permintaan ini dan mengabulkan. Karena dikabulkan, Allah berfirman “sebelum engkau tidah ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engakau takkan bangkit seorangpun seperti engakau”.
Meski sifat pernyataan itu tertutup, sebagai orang zaman PB peluang itu terbuka “Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yak 1:5). Jika kita meminta hikmat, artinya hikmat itu bisa dipakai untuk memperpanjang umur, meraih keuntungan, dan mengalahkan musuh. (ina)