Renungan Harian Mazmur 13: 1-6 (Anak Baru= Budak?). Apakah yang ada di benak kita saat menjadi freshgraduate? Pasti tak jauh-jauh dari idealisme, yaitu kerja di tempat bergengsi, sesuai latar belakang kuliah, atau minimal sesuai dengan hobi. Namun setelah melamar ke sana ke sini siapa yang bisa protes kalau ternyata idealisme Anda tak selamanya terpenuhi. Pengalaman inilah yang dialami teman saya. Lulusan pendidikan Fisika tetapi justru ditugaskan mengajar bahasa Indonesia, Sejarah, Geografi, dan IPA. Tidak nyambung bukan?

Anak Baru= Budak?

Bekerja tidak sesuai latar belakng pendidikan dan passion memang berat, ditambah setelah nyemplung, Anda diperlakukan seperti “budak” karena anak baru. Perasaan tertekan, tidak betah, dan ingin resign, bukanlah cerita baru. Jika ini yang Anda rasakan, jangan sedih karena situasi yang Anda alami ini mungkin belum berat bila dibandingkan dengan yang dialami Daud saat menulis Mazmur 13. Daud muram dan tidak bersemangat karena ia sedang mengalami kesulitan besar. Namun, ia merasa bahwa Allah tidak hadir dan tak bersedia untuk memberikan pertolongan praktis. Meski demikian, Daud tetap berharap pada Allah. Daud tetap yakin bahwa Allah akan menolongnya keluar dari kesesakan hidup yang dialaminya.

Jika perasaan seperti itu yang sedang Anda rasakan, berdoalah memohon Roh Kudus memberi Anda kepastian bahwa Anda masih akan bersukacita di dalam keselamatan Allah. Kalau Anda sungguh-sungguh mencari pertolongan-Nya, penundaan Allah tak berarti bahwa Anda telah ditinggalkan-Nya. Dia mungkin bahkan merencanakan suatu maksud yang tidak kelihaan dalam kehidupan kita (bdk. 2 Kor. 12: 7-10; Ibr. 12: 10-11). (res)