PraPaskah Dimulai Dari Rabu Abu

PraPaskah Dimulai Dari Rabu Abu. Hari Minggu ini, yaitu hari Minggu sebelum Rabu Abu dalam kalendar liturgi, disebut sebagai Minggu Transfigurasi, yaitu hari di mana Yesus dimuliakan di atas gunung, yang merupakan akhir dari Lingkaran Natal. Setelah itu kita akan memasuki Masa PraPaskah, yaitu periode 40 hari sebelum Paskah dalam kalender Kristen. Dimulai dari Rabu Abu, masa PraPaskah adalah saat untuk merenungkan dan menyiapkan diri sebelum merayakan Paskah. Hampir semua gereja Kristen yang muncul pada abad ke-21 menggunakan masa PraPaskah sebagai waktu untuk berdoa dan bertobat.

Makna dari masa PraPaskah

Bagi umat Kristiani, makna masa PraPaskah adalah ikut serta dalam pengorbanan Yesus Kristus, dan mengenang saat-saat Yesus berpuasa di padang gurun selama 40 hari. Masa PraPaskah ditandai dengan berpuasa dan berpantang.

Jika Paskah adalah perayaan kebangkitan Yesus setelah kematian-Nya di kayu salib, maka pada masa PraPaskah kita mengenang peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum Paskah Warna ungu yang menjadi warna liturgis sepanjang masa PraPaskah adalah lambang dari rasa sakit, penderitaan, penyesalan dan pertobatan. Namun demikian, kasih Allah tak berkesudahan. Manusia berdosa ditebus-Nya. Akhirnya, Terang itu akan kembali bercahaya dalam peristiwa Paskah, bangkitnya Kristus, Sang Surya Kehidupan yang sejati.

Hari-Hari Penting Selama PraPaskah:

  1. Rabu Abu, hari pertama masa PraPaskah
  2. PraPaskah I disebut juga invocabit atau “bila ia berseru kepada-Ku” atau disebut juga caput qua-dragesima yang artinya permulaan masa empat puluh hari.
  3. PraPaskah II disebut juga reminiscere atau “ingatlah segala rahmat-Mu”
  4. PraPaskah III disebut juga oculi atau “mataku tetap terarah kepada Tuhan”
  5. PraPaskah IV disebut juga laetare atau “bersukacitalah bersama-sama Yerusalem”
  6. PraPaskah V disebut juga judica atau “berilah keadilan kepadaku, ya Allah”
  7. PraPaskah VI, umumnya disebut Minggu Palmarum, menandai permulaan Pekan Suci/Minggu Sengsara, minggu terakhir PraPaskah sebelum Minggu Paskah.
  8. Hari Kamis, Kamis Putih (Maundy Thursday atau Holy Thursday), merupakan hari peringatan Perjamuan Terakhir dan Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus Kristus pada murid-murid-Nya.
  9. Jumat Agung, hari peringatan Kematian Yesus dan penguburan-Nya
  10. Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi atau Sabtu Sepi (bahasa Latin: Sabbatum Sanctum) adalah hari setelah Jumat Agung dan sebelum Minggu Paskah.

 

Rabu Abu

Rabu Abu adalah permulaan Masa PraPaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk kebangkitan Kristus dan penebusan kita dari dosa. Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester.

Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkan-nya kain kabung, lalu duduklah ia di abu (Yun. 3:6). Dan Mordekhai, paman Ester, ketika mengetahui bahwa bangsa Yahudi akan dimusnahkan, ia menaburi kepalanya dengan abu (Est. 4:1).

Abu mulai digunakan dalam masa PraPaskah di gereja, dengan cara para laki-laki menaburkan abu di atas kepala, sedangkan para perempuan menorehkannya di dahi sambil membuat tanda salib dengan abu tersebut.

Abu menyimbolkan kefanaan hidup manusia (Kej. 2:7), manusia yang berasal dari debu tanah itu diberi kemuliaan (Mzm. 8) oleh Allah dan kehidupan kekal, hanya di dalam dan melalui kurban Kristus. Manusia fana inilah yang kemudian kembali ditutupi abu dan menjadi debu ketika mati. Penorehan abu di kepala – bagian atas dari tubuh – mengartikan penguburan manusia ketika mati; tanah menutupi hingga ke atas kepala. Di masa kini, abu ditorehkan di dahi, baik laki-laki maupun perempuan, di dalam kebaktian Rabu Abu. Jadi inti dari kebaktain Rabu Abu adalah ajakan untuk kembali ke fitrah manusia fana sebagai makhluk Tuhan

Lilin PraPaskah

Lilin yang dipadamkan merupakan pemaknaan tentang pentingnya penyangkalan diri atau pemadaman ego. Dalam masa PraPaskah, ketika umat diajak untuk berpuasa/berpantang, maka umat sedang melakukan penyangkalan diri.

Karena itulah, dalam kebaktian ada simbolisasi pemadaman lilin untuk mendukung penghayatan tersebut. Pada setiap minggu PraPaskah, satu per satu lilin akan dipadamkan, sebagai simbol penghayatan kita akan penderitaan Kristus sampai pada kematian-Nya di atas kayu salib untuk menanggung dosa-dosa kita.

Setiap lilin yang dipadamkan juga menggambarkan kegagalan kita untuk mengenal dan menerima Kristus dalam kehidupan pribadi, keluarga, bergereja, dan bermasyarakat. Tanpa sadar, kita pun sering “memadamkan” terang Kristus dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan kita sehari-hari.

Dalam masa PraPaskah ini, marilah kita mengambil waktu pribadi untuk menilik kembali se
tiap laku kehidupan kita dan mengakui dengan rendah hati di hadapan Allah setiap kegagalan kita. Kita pun juga diingatkan untuk terus mencari kehendak Allah dan terus berubah untuk makin serupa dengan Kristus. Selamat memaknai PraPaskah bersama Allah!

Sumber: GKI Kota Wisata (www.gkikotawisata.org)

Baca juga: Renungan Harian Lukas 24:1-12 | Paskah

Leave a Reply