Minggu-Prapaskah-VI-Suarakan-Damai
Minggu Prapaskah VI: Suarakan Damai

Minggu Prapaskah VI: Suarakan Damai. Hari ini, yaitu hari Minggu sebelum Paska, kita merayakan Minggu Palmarum. Keempat Injil menceritakan bahwa Tuhan Yesus masuk ke kota Yerusalem dalam perjalanan-Nya menuju sengsara di Golgota, dengan menunggang keledai. Menurut Smith’s Bible Dictionary, keledai yang disebut dalam Injil tidak sama dengan keledai Eropa yang terkenal keras kepala. Keledai Timur Tengah justru disukai dan dikenal sebagai hewan yang pintar, namun berkarakter sabar, taat, lembut dan tangguh.

Alkitab mencatat beberapa tokoh pemimpin yang menunggang keledai: Abraham, Yair raja Israel (Hak. 10), Abigail yang bijak (1Sam. 25), bahkan Raja Salomo menaiki keledai setelah diurapi sebagai raja (1Raj. 1:38). Keledai sering dipakai pada masa damai sedangkan kuda pada masa perang. Dengan menunggangi keledai, Tuhan Yesus memproklamirkan dirinya sebagai Raja Damai yang datang bukan untuk menaklukkan dengan cara berperang, tetapi dengan cinta, anugerah, kasih, belas kasihan dan pengorbanan.

Di antara gegap gempita dan lambaian daun palem dari umat Israel yang menyambut kedatangan Tuhan Yesus, murid-murid-Nya bergembira dan memuji Allah karena segala mujizat yang telah mereka lihat, “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (Luk. 19:38). Namun secuplik adegan dikisahkan dalam Lukas 19:39-40: Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” Jawab-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.” Di saat para murid memberitakan kehadiran Sang Raja Damai, ada upaya untuk memberangus mereka dan dijawab oleh Tuhan Yesus bahwa berita perdamaian yang ditawarkan Allah tidak boleh dibungkam oleh pihak manapun.

Upaya membungkam lidah yang menyuarakan damai pun masih terjadi pada masa kini, bahkan sering terjadi. Entah kita sebagai pelaku pembungkaman, atau sebagai pihak yang memilih untuk diam pada saat ketidakbenaran, hoaks, ketidakadilan terjadi di dekat kita. Bahkan ketika kita memilih untuk bungkam, sesungguhnya kita telah menjadi pelaku pembungkaman kebenaran itu sendiri.

Minggu Prapaskah VI: Suarakan Damai

Leksionari yang berkaitan dengan kisah Minggu Palmarum ini juga berbicara tentang lidah dan telinga seorang murid. “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid” (Yes. 50:4). Tuhan Yesus memiliki lidah seorang murid (terpelajar), supaya dengan perkataan yang tepat Ia dapat menghibur orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat di bawah beban dosa. Kemampuan untuk melakukan ini seharusnya sungguh-sungguh kita dambakan juga. Untuk menjadi penyuara damai, memiliki lidah seorang murid sama pentingnya dengan memiliki telinga seorang murid.

Masuknya Tuhan Yesus ke kota Yerusalem adalah peristiwa yang paradoks, karena kedatanganNya yang penuh kemenangan ini terlihat sebagai kekalahan, di mana seminggu kemudian Ia justru mati disalib. Dalam seminggu ke depan, rangkaian peristiwa akan kita ikuti dan hayati, dimulai dengan Kamis Putih, Jumat Agung dan Perjamuan Kudus, Sabtu Sunyi dan Paska. Hendaknya kita memahami bahwa sesungguhnya kemuliaan Tuhan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, melainkan pada kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah berita damai yang sesungguhnya. Salam kasih. (uty – Minggu Prapaskah VI: Suarakan Damai)

Baca Juga Artikel Lainnya....