Renungan Harian Yesaya 40: 27-31 | Allah kita yang sabar. Saat usiaku kira-kira 5 tahun aku mengidap sakit jantung yang disebut “endocarditis”. Pada masa itu penyakit tersebut sangat serius, dan hampir setahun hidupku terancam. Anggota keluargaku bukan orang Kristen; tetapi karena kami tinggal di kota kecil, guru Sekolah Minggu di gereja setempat mendengar kabar tentang diriku dan mengirimkan seorang guru serta sebuah kelompok kecil anak-anak bernama “The Sunshine Club” untuk menjengkku.
Aku tak ingat tentang kunjungan itu, tetapi aku ingat mereka memberiku lempengan piagam kecil mengkilap bergambar Yesus menggendong seekor anak domba. Itu menyatakan bahwa Yesus adalah gembala yang baik. Mereka menulis sebuah pesan yang baik di balik piagam itu, dengan pensil. Entah bagaimana, meskipun beberapa kali keluargaku pindah rumah, dan begitu banyaknya aku beserta istriku berpindah-pindah rumah selama kami menikah, aku masih tetap menyimpan piagam itu. Tulisan pensil tersebut sudah pudar, tetapi masih terbaca.
Selanjutnya, dalam kehidupan kristianiku, piagam itu menjadi salah satu milikku yang berharga. Piagam itu mengingatkanku bahwa Allah setia dan sabar terhadap kita, menunggu dan senantiasa hadir sampai kita akhirnya sadar bahwa kita membutuhkan-Nya. Seperti yang dikatakan ayat diatas, “Orang-oran yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru.” Aku memperoleh kekuatan rohani dan pemulihan fisik, dan aku masih kuat di usia 85 tahun. Allah setia dan benar, dan makin cepat kita datang kepada Allah, makin lama kita bisa menghormati-Nya dan berjalan dengan Yesus Kristus. (Ken Claar).
baca juga: Renungan Harian Amsal 15:18 | Pemimpin yang Sabar